My Stories

A New Place

Maret 27, 2022



Moving to a New Place


Haloo! Hari ini aku mau cerita sedikit tentang pengalaman penempatan pertamaku dan first impressionku tentang tempat baru yang belum pernah kukunjungi sebelumnya dan engga pernah ada di bayanganku. 


Penempatan pertamaku berada di Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. For your information, ibukota provinsi Kalsel bukan Banjarmasin lagi tapi Banjarbaru dan ibukota provinsi ini baru diresmiin tanggal 15 Februari 2022 yang lalu. Baru banget ya? Aku juga baru tau. 


Waktu pengumuman penempatan tanggal 18 Maret yang lalu, aku pasrah aja ditempatin di sini. Awalnya, aku kira bakal diberi waktu sebulan sebelum harus berada di kantor perwakilan. Tapi ternyata, waktu kepindahannya dipercepat karena aku termasuk latsar batch 1 yang harus segera bikin rencana aktualisasi di kantor. 


Jujur aja. Pas dengar arahan kalau kami—anak latsar—harus berada di perwakilan secepat mungkin, di situ aku shock karena aku udah planning buat ke Parepare dulu sebelum penempatan. Aku udah seneng banget bisa ketemu Ibu dan keluarga besarku di sana karena kukira bikin rencana aktualisasi bisa dilakukan online aja (soalnya katanya latsar full online). Mammi (nenekku) bahkan udah seneng banget cucunya bakal datang setelah 5 tahun. Adek sepupuku—Annun—sampe bilang mau jemput di bandara kalau aku datang. Tapi kenyataannya semua itu harus tertunda karena aku harus segera ke Kalsel. 


Ya udah gapapa. Namanya juga hidup. Kadang berjalan engga sesuai rencana.


Arahan itu diumumin tanggal 24 Maret. Di tanggal itu juga, aku beli tiket pesawat jurusan CGK – BDJ sekaligus booking kos-kosan di Banjarbaru. 


Dua hari kemudian, aku dan tiga korban teman latsar yang juga penempatan di Kalsel, berangkat ke Banjarbaru. Aku sampai duluan di bandara. Aku nungguin tiga temanku di waiting room tapi mereka engga muncul-muncul. Bahkan sampai panggilan pesawat muncul, mereka belum datang juga. Pas aku udah masuk ke dalam pesawat, mereka juga masih belum kelihatan. Ternyata mereka terjebak di antrian check-in yang lama banget. Jadwal pesawatnya jam 10 dan mereka masuk pesawat jam 10 lebih beberapa menit. Untung aja pesawatnya masih nungguin wkwkwk. 



Nungguin temen di waiting room Bandara Soetta


Yah sebenernya agak delay juga sih waktu udah masuk ke dalam pesawat karena lalu lintas udara lagi padat jadi harus antri dulu buat terbang. Pesawat pun take off jam 10.45—terlambat 45 menit dari waktu seharusnya. Selama di atas pesawat, langit cerah dan cuacanya bagus. Tapi sejujurnya, perasaanku engga secerah langit di hari itu. Kalo boleh jujur, sebenernya aku masih di tahap acceptance dapat penempatan di sini karena aku sebenernya pengen penempatan di Sulawesi Selatan atau Sulawesi Tenggara biar bisa dekat Ibu dan keluarga besarku di sana. Coba aja penempatan daerah boleh milih, aku pasti bakal milih Sulsel di pilihan pertama. Tapi mau gimana lagi?


Sekitar jam 1.35, pesawat mendarat di Bandara Syamsudin Noor (bandara internasional Kalsel). Welcome back to zona WITA~ Kenapa aku bilang welcome back? Karena sebelumnya aku udah pernah tinggal di wilayah Indonesia tengah ini walaupun cuma sebentar-sebentar. 


Akhirnya kalo telponan sama Ibu engga perlu nambah satu jam.


Dan… Bertambah satu pulau lagi yang pernah kukunjungi setelah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Timor.


Begitu turun dari pesawat, kami berempat langsung ambil koper-koper kami di Pengambilan Bagasi. Lama juga kami ambil barang sampe bolak-balik ditelpon sama kakak-kakak yang udah nungguin kami dari jam 1 kurang.


 


Suasana Bandara Syamsudin Noor


Waktu kuperhatikan bandaranya, bandaranya kelihatan baru banget. Oh iya, walaupun bandara ini lokasinya ada di Banjarbaru, kode bandaranya masih BDJ (Banjarmasin). 


Begitu keluar dari bandara, udara panas langsung menyambut kami. Kami pun makan siang bareng-bareng. Habis itu aku dan tiga temanku diajak buat ngelewatin kantornya. Terus, kami langsung diantar ke kos.


First impressionku tentang kota ini adalah panas. Panasnya beda dari di Jawa. Aku mikir cuaca panasnya mirip kayak di Parepare. Suasananya juga entah kenapa bikin ngingetin aku sama  Parepare (ini sih akunya aja yang lagi kangen Parepare). Tapi engga tau kenapa tempat ini juga ngingetin aku sama NTT (pikiranku emang random wkwkwk). 


Aku belum jalan ke pusat kotanya jadi belum bisa cerita banyak. Oh iya tau enggak hal pertama yang kucari pas sampe sini apa? Aku langsung cek penerbangan dari Kalsel yang langsung ke Sulsel. Selama ini aku udah pernah cari tapi engga pernah nemu penerbangan yang langsung. Aku selalu nemu penerbangan yang ada transitnya.


Gapapa deh, kalo mau ke sana pasti entar ada jalannya :') 


“Di mana ada kemauan, pasti ada jalan.”— kata orang bijak.


Sebenernya aku ya juga pengen sewaktu-waktu bisa pulang ke Jawa. Tapi prioritasku sekarang pengen ketemu Ibu dulu di Parepare :’) karena kemarin aku udah 2 tahun di rumah Karangpucung terus. 


Jadi, bisa dibilang sekarang:


Ayahku di pulau Jawa, Ibuku di pulau Sulawesi, dan aku di pulau Kalimantan.


…....


Begini ya bun kalau tinggal di negara kepulauan yang luas.


Kadang aku suka mikir. Selama ini, Ayah selalu doain biar aku di Jawa aja. Tapi Ibuku selalu doain aku di Sulawesi. Mungkin doanya tabrakan di atas langit sana. Makanya aku ditakdirkan dapat penempatan di sini. Wallahualam. Aku percaya Allah selalu punya rencana yang paling baik buat hamba-Nya dan pasti ada hikmah di setiap kejadian dalam hidup.


Sekian cerita pengalamanku yang baru aja terjadi kemarin. Aku sepenuhnya sadar kalo ini udah jadi risiko pekerjaan. Dari awal masuk kuliah udah tandatangan “siap ditempatkan di mana aja” dan pengalaman ini juga dirasakan oleh ratusan orang yang lain.  


Okay, thank you for coming to my TED Talk!