Wuthering Heights - A Review

Juli 01, 2020




Akhirnya, aku selesai juga membaca novel klasik Wuthering Heights. Udah sejak lama aku ingin membaca novel ini tapi entah kenapa tiap kali membaca buku ini aku enggak pernah selesai. Baru kali ini, aku selesai membacanya. Aku akan review sedikit tentang novel ini dengan gaya bahasaku.

Buku ini udah sejak lama berada di rak bukuku, tapi selama ini enggak pernah aku sentuh. Aku bahkan enggak tahu asal-muasal kenapa buku ini ada di rak bukuku. Kebanyakan buku yang ada di rak bukuku memang buku-buku lama yang berasal dari koleksi Ibuku.

Wuthering Heights diterbitkan tahun 1847 dan ditulis oleh Emiily Bronte; tapi aku baca versi terjemahan Indonesia yang diterbitkan Gramedia tahun 2011. Buku ini bercerita tentang Catherine dan Heathcliff yang saling mencintai tapi perasaan mereka tak pernah sampai. Waktu pertama kali membaca buku ini, aku sama sekali enggak tertarik dan berpikir buku ini membosankan. Tapi semakin dibaca dan dibaca, aku justru terhanyut ke dalam ceritanya. Mungkin karena sudut pandang di awal cerita adakah Mr. Lockwood yang enggak ada hubungannya sekali sama Catherine dan Heathcliff. Lalu, setelah kubaca, aku pun paham kalau alur ceritanya mundur. Dan setelah sudut pandang Mr. Lockwood—pendatang di Wuthering Heights—cerita ini ditulis dengan sudut pandang Mrs. Ellen Dean—pelayan setia Catherine.

Mrs. Ellen Dean adalah saksi perjalanan kisah Catherine dan Heathcliff. Ia adalah pelayan Catherine Earnshaw yang kemudian menjadi Catherine Linton dan pelayan anaknya yang bernama Catherine Heathcliff.

Cerita ini bermula dari Catherine Earnshaw yang tinggal di Wuthering Heights. Wuthering Heights adalah nama sebuah rumah. Hari-harinya mulanya sangat normal. Ia diceritakan memiliki watak periang, nakal, dan pembangkang. Walaupun sangat nakal, ia selalu menyesali perbuatannya setiap malam kepada Papa-nya. Ia memiliki fisik yang sangat cantik. Dan ia memiliki kakak laki-laki bernama Hindley Earnshaw.

Suatu hari, Ayah kedua kakak-beradik itu pergi ke kota dan sekembalinya dari kota, ia membawa seorang anak yang ditemukannya di jalan selama perjalanan pulang. Anak itu tidak seperti anak Inggris. Ia dideskripsikan memiliki rambut hitam, berkulit gelap, dan berpakaian seperti orang Gipsi. Anak itu menjadi pekerja di rumah itu—merawat kuda-kuda di istal. Tapi di sela-sela pekerjaannya, ia menjadi teman sepermainan Catherine. Bersama, mereka berdua melakukan berbagai kenakalan dan berpetualang menjelajah padang rumput di sekitar Heights. Tak lama kemudian mereka menjadi akrab.

Namun, Hindley—kakak Catherine—sama sekali tak menyukai bocah itu. Ia pun pergi dari rumah. Tiga tahun kemudian, ia kembali ke rumah untuk menghadiri pemakaman Ayahnya. Hindley datang bersama seorang istri yang kelihatan lemah. Tapi tak lama kemudian, mereka memiliki seorang anak laki-laki.

Setelah itu, Catherine dan Heathcliff semakin sering bersama hingga suatu hari petualangan mereka sampai ke Thruscross Grange. Catherine terluka dan dirawat oleh pemilik rumah Thruscross Grange. Heathcliff membenci keluarga pemilik rumah itu—keluarga Linton. Mereka memandang rendah Heathcliff karena penampilannya yang seperti orang Gipsi dan melarangnya untuk ikut masuk ke dalam rumah bersama Catherine yang terluka. Keluarga Linton memiliki seorang anak perempuan bernama Isabella dan anak laki-laki bernama Edgar yang umurnya tak jauh dari Catherine yang saat itu masih berusia 13 tahun.

Catherine dirawat oleh keluarga Linton selama beberapa minggu. Dan semenjak kecelakaan itu, ia menjadi lebih dekat dengan Edgar. Edgar menjadi lebih sering berkunjung ke Wuthering Heights. Jarak antara Thruscross Grange dan Wuthering Heights sekitar enam kilometer.

Sementara kedua orang itu semakin dekat, Heathcliff semakin terabaikan dan menjadi semakin dikucilkan. Walau begitu, Catherine sebenarnya masih menyimpan perasaan yang mendalam untuk Heathcliff—teman masa kecilnya. Tapi perasaan itu tidak akan pernah sampai karena perbedaan di antara mereka. Heathcliff bukan berasal dari kalangan berada, bahkan asal-usulnya tidak jelas. Derajat Catherine akan jatuh kalau ia menikahi Heathcliff. Maka, ia menikah dengan Edgar yang juga mencintainya. Selama beberapa tahun, Heathcliff menghilang.

Sejak pernikahannya dengan Edgar, Catherine pindah ke Thruscross Grange dan tinggal di sana. Suatu hari, Heathcliff kembali—dengan penampilan yang lebih bermartabat dan terpandang. Ia berkunjung ke Thruscross Grange dan Catherine menyambutnya dengan suka cita. Selama tiga tahun, Heathcliff telah berubah.

Mereka sering kali bertemu saat Edgar pergi bekerja—Edgar adalah seorang hakim. Namun, pertemuan rahasia mereka tiba-tiba terungkap oleh Edgar. Edgar pun marah besar dan melarang Heathcliff menginjakkan kaki di Grange lagi. Hal itu berakibat fatal pada Catherine. Catherine menjadi sakit ditambah ia sedang mengandung anaknya.

Di novel ini, Catherine sangat menderita. Ia bahkan sampai hampir kehilangan keawarasannya dan puncaknya adalah ketika ia mau melahirkan. Dalam novel, tidak diterangakn begitu jelas kalau selama Catherine hampir gila sebenarnya ia juga sedang mengandung. Semuanya terungkap hanya ketika Catherine mau melahirkan dan terdapat kejadian genting antara Edgar dan Heathcliff. Setelah kejadian genting itu, Catherine melahirkan dan ia pun meninggal… Anak itu dinamai sama seperti namanya—Catherine—tapi dipanggil Cathy.

Di lain sisi, adik Edgar—Isabella Linton—jatuh cinta pada Heathcliff. Ia sangat mengagumi laki-laki bernama Heathcliff itu tapi sayangnya Heathcliff tidak pernah benar-benar mencintainya walaupun mereka akhirnya menikah. Heathcliff menjadi sangat buruk setelah Catherine meninggal dan menikah bersama Isabella. Isabella tetap bertahan dengan Heathcliff. Namun, setelah memiliki seorang putra, ia tak tahan lagi bersama Heathcliff dan pergi meninggalkannya. Ia tinggal sendirian bersama putranya yang dinamakan Linton dan membesarkan anak itu tanpa pernah menyebut sepatah kata pun tentang Papa-nya.

Tahun demi tahun berlalu, Catherine—atau Cathy—hidup dalam pengasingan. Ia tidak pernah diperbolehkan keluar dari batas tamannya. Walau begitu, ia tumbuh menjadi anak yang cantik, periang, aktif, dan sedikit pembangkang seperti Ibunya. Ia sangat menyayangi Papa-nya—Edgar—dan sangat menuruti segala perkataan Papanya untuk tidak pernah keluar batas tamannya. Ia selalu bermimpi bisa berkuda keluar dari batas tamannya.

Sampai suatu hari, jiwa petualang Cathy terlalu besar dan ia berkuda hingga ke Heights. Ia pun diundang masuk ke rumah itu dan untuk pertama kalinya bertemu dengan saudara sepupunya dari pihak Ibu. Ia bertemu Hareton—anak dari Hindley—yang umurnya lima tahun di atas Cathy. Hareton adalah pemuda yang serampangan, kasar, dan bodoh karena dibesarkan oleh Ayahnya yang pemabuk. Kata-katanya selalu kasar dan saat pertama kali bertemu Cathy, ia diejek karena tidak bisa membaca tulisan papan nama di depan rumahnya sendiri.

Cathy merasa terhina saat mengetahui kalau Hareton adalah sepupunya sebab ia mengira Hareton adalah pelayan. Hareton memang dikhianati oleh keluarganya. Semenjak Hindley meninggal, ia justru menjadi pelayan di rumahnya sendiri.

Selama ini Cathy hanya tahu sepupunya hanya satu dan berasal dari London. Ia pun lebih mengharapkan sepupunya dari London. Linton adalah anak dari Isabella dan Heathcliff. Setelah Isabella meninggal, Linton dibawa oleh Edgar untuk dirawat. Tapi anak itu direbut oleh Heathcliff tepat sehari setelah kedatangannya ke Thruscross Grange.

Baru semalam Cathy bisa melihat sepupu laki-lakinya yang tampan, halus, berkulit putih, dan berambut cokelat—tiba-tiba ia tidak bisa melihatnya lagi karena setelah direbut oleh Heatchliff, Edgar berbohong soal keberadaan Linton.

Namun, tahun-tahun berlanjut, Cathy bertemu lagi dengan Linton yang kini sudah lebih tinggi darinya. Saat itu umur Cathy sudah 16 tahun sedangkan Linton masih 15 tahun. Mereka sangat senang bisa bertemu lagi. Sayangnya, Linton tumbuh menjadi anak yang mudah sakit. Walau begitu, hal itu justru menimbulkan perasaan iba pada diri Cathy.

Cathy dilarang ke Wuthering Heights lagi sejak saat itu. Tapi ia bandel dan malah bersurat-suratan dengan Linton melalui anak penjual susu yang biasanya berkeliling dari rumah ke rumah. Suatu hari, surat itu ditemukan Mrs. Ellen Dean—pelayan Cathy—dan ia melaporkan surat-surat bucin itu pada Edgar.

Namun, beberapa saat kemudian Papa-nya melunak dan membolehkannya bertemu Linton dengan syarat tertentu yaitu bertemu di perbatasan antara Grange dan Heights. Mereka pun sering bertemu di bawah sinar matahari dan di atas rerumputan.

Awalnya, pertemuan mereka sangat manis, tapi lama-kelamaan muncul gelagat aneh pada Linton. Anak laki-laki itu terlihat jauh lebih sakit dan tertekan. Ternyata ia diancam oleh Ayahnya sendiri—Heathcliff—agar Cathy dan Mrs. Ellen Dean melewati perbatasan dan masuk ke Wuthering Heights.

Setelah masuk ke Wuthering Heights, Catherine dan Mrs. Ellen Dean tak bisa keluar. Mereka terjebak dan agar mereka bisa keluar, Cathy harus menikah dengan Linton. Cathy sama sekali tak masalah dinikahkan saat itu juga demi bisa keluar karena saat itu Papa-nya sedang sakit keras. Cathy sangat menyesal meninggalkan Papanya.

Tapi keesokan harinya dan keesokan harinya hingga sampai lima hari kemudian, ia tetap dikurung di dalam rumah itu. Mrs. Ellen Dean dulu yang berhasil keluar dari rumah itu, barulah Cathy. Cathy pulang ke rumah dan melihat Papanya sudah di ujung maut. Cathy berbohong pada Papanya kalau ia bahagia bisa bersama Linton—hanya agar Papanya tersenyum dalam kematiannya. Setelah itu, Edgar Linton meninggal dan Cathy resmi menjadi Catherine Heathcliff.

Thruscross Grange pun berhasil direbut oleh Linton Heathcliff melalui pernikahan itu. Tap tidak lama kemudian, Linton Heathcliff meninggal. Sebelum meninggal, ia dipaksa menuliskan surat wasiat bahwa seluruh harta miliknya akan dilimpahkan pada Heathcliff—Ayahnya.  Heathcliff pun berhasil menguasai seluruh kekayaan dan tanah-tanah milik keluarga Linton. Sejak saat itu, Cathy menjadi miskin dan tak punya harta warisan apa pun. Bahkan, buku-buku yang ia sayangi juga tak boleh lagi disentuhnya.

Ia tinggal di Wuthering Heights bersama Hareton dan pelayan-pelayan yang lain. Selama berminggu-minggu ia tak membaca apa pun padahal itu hal yang paling disukainya. Kerjaannnya hanya mengganggu Hareton yang bodoh karena tidak bisa membaca. Tapi, lama-kelamaan Cathy menyesali kejudesannya pada Hareton. Hareton pun mulai berbaik hati dan mengembalikan beberapa buku Cathy yang dulu pernah ia curi.

Cathy yang menyesal pernah menghina Hareton mulai mengajari Hareton membaca. Cathy saat itu berumur 18 tahun sedangkan Hareton berumur 23 tahun. Tapi, mereka terlihat sangat menikmati setiap momen belajar itu. Terlebih Hareton, karena diam-diam laki-laki itu menyimpan perasaan untuk sepupunya.

Heathcliff yang mengetahui hal itu berusaha memisahkan mereka tapi tak mampu karena Cathy mengingatkannya pada seseorang yang tak ingin diingatnya lagi dan Hareton mengingatkannya pada dirinya sendiri sewaktu muda. Di akhir cerita, ia menjadi gila. Ia sepertinya berhalusinasi kalau ia melihat sosok Catherine di sekitarnya. Ia pun meninggal setelah berhasil membalas dendam menghancurkan keluarga Earnshaw dan Linton meskipun hasil akhirnya sama sekali tak terduga. Ia tak pernah menyangka Hareton dan Cathy akan menjadi sedekat itu.

Sementara itu, Mr. Lockwoon yang sebenarnya juga menaruh perasaan pada Cathy mundur perlahan saat melihat kedekatan Cathy dengan Hareton. Ia memang hanya penyewa Thruscross Grange yang dimiliki Heathcliff dan ia hanya seorang pendatang saja di tempat itu.

Jadi, begitulah cerita singkat dalam novel Wuthering Heights. Aku benar-benar suka pemilihan kata yang ada di dalam novel ini. Deskripsi setiap tokoh sangat jelas dan selalu membuatku membayangkan sebuah lukisan. Deskripsi setiap tempat juga sangat detail dan indah.

Aku juga menemukan sebuah kata menarik dalam novel ini. Udah dua kali aku menemukan kata ini, sekali di novel ini dan sekali di lagu Conan Gray yang berjudul Heather. Kata itu adalah: Heather.


Selama aku membaca Wuthering Heights, membuatku merasa seperti kembali ke Inggris tahun 1800-an. Rasanya menyenangkan bisa membayangkan dunia zaman dulu. Cerita di dalam Wuthering Heights menurutku sangat bittersweet, terkadang ada beberapa momen yang bisa membuatku tersenyum dan ada beberapa momen yang membuatku jengkel. Momen saat Catherine Earnshaw dan Heathcliff, saat Cathy pertama kali bertemu Linton, bahkan ada juga saat yang membuatku ingin ketawa yaitu saat Cathy mengejek Hareton. Momen nyebelin itu saat Heathcliff menyiksa Isabella… Jujur… Aku sedih waktu baca Isabella yang disiksa sama Heathcliff tapi dia tetap bertahan dan kadang kesal kenapa Isabella enggak pergi juga dari Heathcliff? Adegan saat Isabella sampai di Wuthering Heights dan tidak dilayani siapa pun juga membuatku kesal. Kasian juga Isabella :( Terus… ada adegan yang bikin aku sedih yaitu pas Linton diantar ke Wuthering Heights karena dia direbut oleh Heathclif… Kasian banget si Linton… Udahlah masih kecil, lemah, dihina-hina pula sama Bapaknya… Ckckck. Ya walaupun gedenya ternyata si Linton nyebelin tapi tetep aja pas kecilnya dia dideskripsikan lucu menggemaskan.

Intinya aku suka buku yang menggambarkan Inggris jaman dulu. Asik aja gitu ngebayangin padang rumput yang luas, naik kuda pakai gaun dan topi berenda, bisa tinggal di rumah yang memiliki kebun luas… Pokoknya aku suka.

Jadi, sekian review-ku tentang Wuthering Heights. Aku masih pembaca baru di dunia sastra klasik. Baru sedikit novel klasik yang pernah aku baca. Sorry kalau kalimatku berantakan. Sebenarnya aku menulis ini hanya untuk mencurahkan pikiranku setelah baca Wuthering Heights.

Okay, thanks for reading. 



You Might Also Like

0 comments