Mencari Prasasti
Mei 16, 2013
Mencari Prasasti
Bingung kan
sama judul di atas? Tapi itulah pengalamanku sama temen-temen seperjalanan
pulangku yang paling konyol, gila, gaje, aneh, dan kocak. Mau tahu gimana
pengalaman gaje yang aku alami bersama temen-temenku?
Sebelumnya, aku kasih tahu dulu siapa nama
temen-temen seperjalanan pulangku yang kocak, gaje, dan gila itu. Mereka adalah
Murni dan Ony. Di kelas, aku duduk sama Murni jadi aku sama dia cukup dekat.
Kalo Ony, dia temen seperjalanan pulangku karena arah jalan pulang kami bertiga
sama.
Oke. Mulai aja ya…
Awalnya, hari Selasa tanggal 14 Mei 2013
*lengkap amat -_-* waktu pelajaran IPS. Waktu itu pelajaran IPS lagi ngebahas
tentang prasasti. Terus, guru IPS kami cerita kalo di deket Kantor Telkom ada
prasasti. Sebentar! Prasasti di sini bukan prasasti kayak Prasasti Yupa atau
Prasasti Ciareteun atau Prasasti Kebon Kopi atau Prasasti… *STOP!
Kebanyakan!-_-* Efek belajar IPS (?) Prasasti di sini cuma tanda tangan Pak
Presiden Soeharto atau siapalah gitu, kami bertiga udah lupa .-.
Naaah, kebetulan banget Kantor Telkom itu arah jalan
pulang kami dan letaknya deket sama rumahku. Pulang sekolah, kami (kali ini
cuma aku dan Murni aja) pergi nyari prasasti jadi-jadian itu.
Seperti biasa, kami pulang jalan kaki karena rumah kami
ini cukup deket. Kami jalan jalan jalan jalan jalan jalan… Akhirnya sampailah
di deket Kantor Telkom. Kami enggak langsung masuk ke Kantor Telkom, kita ke lapangan namanya Lapangan Oemanu yang letaknya di depan persis Kantor
Telkom. Kita cari dulu disitu.
Kita masuk ke Lapangan Oemanu yang sepi waktu itu
padahal gak juga. Kita berkeliling lapangan yang luas itu. Capek juga apalagi
waktu itu lagi panaaas banget. Tiba-tiba Murni nunjuk sesuatu! Sesuatu itu
bentuknya kayak batu letaknya di bawah pohon jambu.
Langsung aja kita berdua jalan ke batu itu. Ciri-ciri
batu gaje itu: disemen, warna atasnya abu-abu item, bentuknya sedeng, dan ada
sedikit coretan yang udah mulai pudar. Menurutku, itu jelas-jelas bukan
prasasti -_- mana mungkin prasasti begitu. Tapi kita tetep penasaran. Kita
dekati batu itu dan memperhatikan batu gaje itu. Dan ternyataaa…
“Mana tulisannya?!” kataku sambil ngeliatin batu itu
dengan seksama (?)
“Hmmm… Katanya tempatnya di sini,” kata Murni yang
kelihatan kebingungan.
“Hhhh…”
Di batu itu sama sekali gak ada tulisan apa-apa -_-
boro-boro tanda tangan Pak Presiden Soeharto. *gubrak!*
Setelah capek melototin batu jadi-jadian itu, kita
pulang. Awalnya kita mau balik ke gerbang Lapangan Oemanu. Tapi lumayan jauh.
Lapangan itu di kelilingi pagar jadi gak bisa sembarang masuk harus lewat
gerbangnya yang cukup jauh dari tempat kami berdiri.
Beruntung sekali, Murni punya gagasan yang bagus!
“Kita panjat aja pagarnya,” kata Murni.
“HAH?!” kataku sambil memperhatikan jalanan di
sekitar lapangan yang rame.
Emang sih, capek juga kalo harus balik ke gerbang
yang jauh sedangkan rumahku udah di depan mata cuma dibatasi pagar. Masalah
disini, bukan karena manjat pagar, lagian pagar itu tidak tinggi dan mudah
dipanjat. Yang jadi masalah *sengaja digaris bawahin-_-*: jalanan di
sekitar lapangan itu lagi rame!
‘Tapi… Dari pada buang tenaga cuma buat nyampe
gerbang lapangan yang jauh mending manjat pager ._. Lagian siapa yang mau liat?
Wkwkwk…’ pikirku menimbang-nimbang.
“Ya udah, ayo Murni,” ajakku.
Kami pun segera memanjat pager lapangan itu. Gak
sampe 1 detik, kita udah selesai majat pager. Tinggal nyebrang, aku udah sampe
rumah.
“Dah Nanda!” kata Murni sambil jalan pulang. Rumah
dia masih harus jalan lagi.
“Dan Murni!” kataku terus nyebrang jalan. Sampe deh.
Keesokan harinya, kita sedikit kesal tentang prasasti
itu. Tapi kalo di inget-inget mau gak mau aku dan Murni tersenyum geli juga.
Waktu aku sama Murni lagi nyeritain cerita Prasasti
itu di sekolah, temenku yang namanya Regend bilang kalo prasasti yang kami cari itu
bener-bener ada!
“Ada kok, di Kantor Telkom!” kata si Regend.
Aku sama Murni lirik-lirkkan sambil nyengir (?)
Maksudnya, kita mau nyoba lagi!
Hari Kamis tanggal 16 Mei 2013, tepatnya barusan tadi
pulang sekolah. Pencarian Prasasti di Kantor Telkom… dimulai… oleh 3 orang anak
kelas 1 SMP yang bernama Nanda, Murni, dan Ony. Seperti biasa, kita selalu
pulang jalan kaki. Kali ini kami jalan sambil bercanda-canda. Jalan jalan jalan… Sampailah kami di depan Kantor
Telkom.
“Eh, beneran nih kita mau masuk nyari prasasti itu?”
tanyaku pada Murni dan Ony.
“Iya. Ayo!” kata Ony.
Akhirnya kami pun masuk ke Kantor Telkom. Tapi
kulihat gak ada tanda-tanda prasasti tuh. Yang kulihat: beberapa orang lagi
internetan karena di Kantor Telkom tersebut ada free WiFi dan yang kulihat cuma ada kantor telkomnya.
“Mana prasastinya?!” kataku sambil memandang
sekeliling.
“Ga tau,” kata Ony.
“Hmmm… Mungkin di dalem sana,” kata Murni nunjuk
suatu gerbang yang terbuka.
“Oh iya! Bener juga ya,” kataku.
“Ya udah ayo kita ke sana,” ajak Ony.
Kami segera jalan ke gerbang yang dimaksud. Pas mau
masuk… DHEG!!! Ada orang yang lagi telponan. Huuuh… Jalan kami jadi tersendat. Orang
yang lagi telponan itu melihat kita yang lagi berdiri di depan gerbang dengan
tampang bodoh.
Kami bertiga tidak jadi masuk ke dalem situ. Tapi
kami gak langsung pulang! Kami masih penasaran! Akhirnya kami mondar-mandir di
depan gerbang itu. Beruntung sekali! Orang itu akhirnya berhenti telfonan dan..
pergi.
Segera kami masuk ke dalam situ. Di situ terdapat
juga orang yang sedang internetan ria dan ada pohon besar yang banyak
benalunya. Kami berjalan dengan pelan-pelan seperti pencuri -_- Gak juga sih.
Kita berjalaaan terus sampai ke bagian belakang-belakang. Tapi prasasti gaje
itu masih gak keliatan bentuknya yang ada malah tower telkom.
Kita perhatiin si Tower Telkom itu dengan perasaan
kagum karena tingginya. Saat sedang asyik memperhatikan,
“HEY!” kata seorang bapak-bapak dari pintu Kantor
Telkom yang terletak di dekat gerbang tadi.
“Mati! Hayoloooh…” kataku sambil ketawa-tawa walaupun
sebenarnya juga deg-degan.
Ony dan Murni ketawa-tawa sambil bingung harus
ngapain.
“HEY!” kata Bapak itu lagi.
Sebentar terlintas di kepalaku, gimana kalo kabur
aja. Tapi jangan ah! Gak sopan. Terpaksa kami berjalan ke arah Bapak itu sambil
ketawa-tawa gaje.
“Siapa yang ngomong?” kataku di sela-sela ketawa.
“Nanda,” kata Murni masih sambil ketawa-tawa.
“Ogaaah! Yang paling tua kan kamu Murni,” kataku.
“Weeey! Ony!” kata Murni.
“Loh? Loh? Kok saya?” kata Ony berhenti ketawa.
Bapak tadi udah bertanya lagi.
“Hhh… Aku aja deh,” kataku akhirnya.
Aku berjalan ke arah Bapak itu dengan gugup dan masih
sambil ketawa-tawa tanpa diketahui sebabnya. Alhasil, aku ngomong ke Bapak itu
dengan menahan tawa. Tanpa basa-basi, aku langsung menjelaskan maksud
kedatangan kami ke Kantor Telkom yaitu mencari prasasti.
“Di sini gak ada prasasti,” kata Bapak itu selesai
aku bercerita, “Tapi kayaknya adanya di Kantor Bupati.”
Mata kami langsung berbinar-binar. Kebetulan, Kantor
Bupati dekeeeeeet banget dari rumahku dan Kantor Telkom letaknya di Lapangan
Oemanu situ! Yippie!
“Oooh… Ya-ya, makasih Pak,” ucapku.
“Trus gimana?” tanya Ony sambil berjalan keluar
Kantor Telkom.
“Kita ke Kantor Bupati,” kata Murni.
“Ayooo!” kataku.
“Ya udah! Yuk!” kata Ony.
Sepanjang perjalanan ke Kantor Bupati kami masih
kegelian karena peristiwa gaje yang tadi kami alami. Hahahaha! Tapi itu emang
lucu kok!
Sampailah di Kantor Bupati, kami berjalan ke belakang
Kantor Bupatinya bukan masuk ke dalam Kantor Bupati. Soalnya, menurut feeling
Murni, prasastinya ada di situ.
“ITU DIA PRASASTINYA!” teriakku tiba-tiba menunjuk
sesuatu.
“Bukan woy! Itu Cuma tulisan Kantor Daerah,” kata Ony
sambil ketawa.
“Hahahaha!” tawaku ikut-ikutan.
Kami berdiri di belakang Kantor Bupati sambil
memperhatikan sekeliling yang penuh dengan orang hilir-mudik. Kami berdiri di
bawah pohon kelapa yang terletak di situ.
“Gimana ini Murni?” tanyaku.
“Tak tahu,” jawab Murni santai.
“Hhhh… Kita tanya aja!” kataku lagi.
“Oke. Entar Nanda yang nanya,” kata Murni sambil
nyengir.
“Ogah! -_- Murni aja! Kan yang ngajak kamu,”
kataku.
Akhirnya kami tetep berdiri di bawah pohon kelapa itu.
Aku dan Ony mulai usil, kami berdua main tendang-tendangan kelapa yang jatuh.
LOL! Kurang kerjaan banget, dan memang iya. Setelah beberapa menit aku dan Ony
main tendang-tendangan kelapa, kita mondar-mandir mencari orang yang bisa
ditanya.
"Woooy! Woooy! Tanta, saya mau nanya!” kata Murni
tiba-tiba sambil goyang-goyang gaje dan dengan suara pelan. Sumpah, ini gaje banget! -_-
Aku dan Ony ketawa geli.
“Hahahahaha!”
“Hhhh.. Udahlah, dari pada kita gaje-gajean begini
mending kita tanya om-om yang ada disana itu,”
usulku tiba-tiba sambil menunjuk bapak-bapak yang sedang membenarkan AC,
sepertinya.
“Iya. Ayo!” kata Murni dan Ony.
Tapi ada suatu masalah, dan masalah itu disadari
waktu kami udah deket om-om itu.
“Siapa yang ngomong?!” tanyaku.
“Nanda,” jawab Murni santai sambil nyengir gaje, lagi!
Tiba-tiba om-om itu ngomong ke kita! DHEG!
“Ada apa dek?” tanya om-om itu.
Sesaat kami bertiga diam, siapa yang mau ngomong? 2
pasang mata menatapku. Terpaksa aku lagi, dan gajenya: Aku ketawa-ketawa lagi
kayak pas di Kantor Telkom. -_-
Aku menjelaskan maksud kedatangan kami ke Kantor
Bupati. Mulai dari Kantor Telkom tentunya.
“Oooh… Prasati? Itu tugas sekolah dari siapa?” tanya om-om
itu.
“Emmm… Bukan tugas. Cuma kita pengen tahu aja,”
jawabku sambil nyengir.
“Guru siapa?”
DHEG! Kami saling berpandang-pandangan. Tadi, Ony
bilang, kita gak boleh bawa nama Guru IPS kita. Tapi ini?
“Guru IPS,” jawabku.
“Siapa?” tanya om-om itu lagi mulai tidak sabar.
“Ehhh…” beruntung Ony menyelaku dan menyebutkan nama
guru IPS kita.
“Oooh… Ya sudah, ada kok prasasti Pak Presiden
Soeharto di dalem Kantor Bupati blablablablablablablablablablablablablablablablabla … “ jelas om-om itu panjang kali lebar sama
dengan luas. -_-
Mata kami kembali berbinar-binar!
“Terima kasih, Pak,” ucapku sambil tersenyum.
Oke. Ayo kita ke Kantor Bupati! Pas udah sampe di
pintu Kantor Bupati, semangat kami langsung ciut kecuali Ony. Dia dengan PD-nya
masuk ke dalam Kantor.
“Ayo!” ajak Ony.
Aku dan Murni bingung. Untung sekali, seorang pegawai
di Kantor Bupati itu menyapa kami.
“Adek-adek mau ngapain?” tanyanya.
Aku kembali menjelaskan.
“Di sini gak ada Prasasti Presiden adanya Bupati,”
jalas Pak Pegawai itu, “Silakan kalo mau liat.”
Kami senyum-senyum gaje. Ony yang pertama kali
mengajak masuk ke dalam. ‘
“Ayolaaah~” ajak Ony.
Akhirnya kami masuk juga ke dalam Kantor Bupati itu.
Ya, kita lihat tanda tangan Pak Bupati itu dan foto-foto Pak Bupati yang jaman
dulu.
“Udah yuuuk…” ajakku dengan berbisik-bisik.
“Bentar Nanda,” kata Murni yang masih melihat-lihat dalam Kantor Bupati.
Beberapa detik kemudian, kami keluar Kantor Bupati.
Hhhh… Prasasti apaan? -_- Cuma gitu doang. Rasa penasaran kami masih belum
terpenuhi. Kita bertiga jalan-jalan di sekitar Kantor bupati sambil
memperhatikan bangunan Kantor Bupati yang berwarna putih.
“Katanya, prasasti presidennya ditempel di tembok,”
kata Murni.
Kami mondar-mandir di depan Kantor Bupati sambil bercanda-cand.
“Ssst… Kayalnya prasastinya ada di atas situ deh,”
kataku sambil menunjuk tangga.
“Iya! Bener juga! Mungkin!” kata Ony dan Murni.
Kita naik tangga itu tapi belum 1/10 tangga, semangat
kita turun. Soalnya di situ ada Ruang Pak Bupati. *terus kenapaa?*
Kita gak jadi naik tangga itu.
“Eh, pulang yuuuk,” ajakku, aku udah capek mondar-mandir.
“Iya. Udahan yuk,” kata Ony juga.
“Hmmm… Ya udah, yuk,” kata Murni akhirnya.
Kami pun pulang. Saat pulang kami berbincang-bincang
tentang pengalaman gaje ini.
“Eh-eh, ini bener-bener penngalaman konyol, kocak,
dan gila!” kata Ony.
Aku dan Murni tertawa.
“Bener-bener!” kataku.
Dan… Kami pun pulang ke rumah masing-masing. Hhhh…
Pengalaman gaje hari ini bener-bener gaje. Yang kita cari Prasasti Presiden
Soeharto yang ketemu Pak Bupati. -_- Oh iya, kami yang pulang sekolah jam 11 WITA nyampe rumah jam 12.30 WITA. 90 menit, kami mondar-mandir. Selesai.
LOL
1 comments
kamu orang Kefa?
BalasHapus