Fight With My Firend
April 17, 2015
Fight With My Sister
Kalian
pernah enggak berantem sama temen sendiri? Pastinya pernah dong… Tapi pernah
enggak kalian berantem hanya gara-gara masalah keciiil dan berlanjut-lanjut
sampe lebih dari 1 minggu?
Dan
inilah yang lagi kualami dengan sahabatku sekaligus saudara sepupuku sekaligus
teman sebangkuku di kelas (kebanyakan sekaligus, nih…) Ini memang terdengar
kekanakan, tapi aku emang masih anak-anak kok!
Semua
ini bermula di suatu pagi yang tak terlalu cerah pada tanggal 8 April 2015…
Rabu, 8 April 2015
Seperti
biasa aku berangkat sekolah jam 7 kurang 15. Aku suka waktu yang pas-pasan
kalau berangkat sekolah, biar sampai di sekolah ga perlu nunggu bel masuk lagi.
Walau udah berangkat di waktu yang pas-pasan, masih aja ada waktu longgar.
Pelajaran
pertama hari itu adalah Matematika. Di sekolahku ada aturan, sebelum pelajaran
Matematika harus Shalat Dhuha. Berhubung waktu itu aku lagi halangan, aku pun
duduk di kelas menunggu teman-teman lain pergi ke Musholla untuk Shalat Dhuha.
Enggak
lama kemudian, temen-temen balik dan pelajaran Matematika pun dimulai.
Aku
agak deg-degan, aku takut banget nilai US Matematika bakal dikasih tahu karena
hari itu adalah hari pertama masuk setelah Ujian Sekolah. Untungnya enggak :D
Hehehehe… Aku pun bersyukur dalam hati.
Setelah
Pak Ali (nama guru Matematika-ku) selesai bicara beberapa patah kata, Pak Ali
ngasih tugas mengerjakan soal di LKS Prediksi. Aku pun mengerjakan soal itu,
tapi baru mengerjakan 2 soal, ada soal yang membuatku bingung. Daripada pusing
sendiri, mending nanya temenku yang pinter Matematika, namanya Hani. Dia bahkan
pernah ikut Olimpiade Matematika loh :D
“Hani,”
panggilku ke Hani yang duduk di belakangku. Dia termasuk teman dekatku. “Cara nomor
7 gimana?” tanyaku.
“Cari
bunganya dulu,” jawab si Hani.
Soal
itu emang menanyakan tentang tabungan awal. Pasti kalian tahu ;D
“Oh…”
Aku menurut dan langsung mengambil pensilku. Aku mengerjakan soal itu bukan di
mejaku, tapi di mejanya Hani. Emang biasanya gitu. Makanya kalau pelajaran
Matematika, mejaku selalu bersih sedangkan mejanya Hani… berantakan. Hahahaha…
“Lah? Cari bunganya gimana, Han?” Aku nanya lagi.
“9
per 12 kaliin 12 persen,” jawabnya.
“Ohoke.”
Aku manggut-manggut sambil asyik mengerjakan. “Terus?”
“100
per 100+9 kaliin uang sekarang,” jawab Hani dengan sabar. Hehehehe…
“Oke
oke. Makasih Haniii~~~” ucapku sambil tersenyum manis (?) ke Hani. Kekekeke~
Aku
pun melanjutkan soal itu di mejaku sendiri, tapi 2 soal berikutnya, aku bingung
lagi! (Kebanyakan bingungnya nih anak -_-)
“Haniii!
Ini caranya gimana?” tanyaku.
“Aku
juga bingung,” jawab Hani.
Eh
ternyata dia juga bingung…
“Aku
tahu!” Wury yang merupakan teman sebangku Hani menyahut. “Mungkin ini cari S10nya!”
“Loh?
Kok bisa?” ucapku.
“Kan
bedanya 2, terus a-nya 1,” jelas Wury.
“Bukan
U10?” tanya Hani ikut-ikutan.
“Bukan,”
jawab Wury.
“Aku
enggak percaya,” ucapku sambil mengerutkan kening. “Kok bisa-bisanya a-nya 1?”
Aku mulai berdebat.
“Kalian
debatin apa siiih?” Kali ini Nadya (teman sebangkuku) ikutan ngomong.
“Nomor
9, Nad,” jawab Hani.
“Kayaknya
yang 1 itu bukan a-nya deh,” ucapku. “Mungkin itu U keberapanya.”
“Iya
mungkin,” kata Hani menyetujui pendapatku.
“Eh
enggak…” kata Wury.
“Kupikir
kita lagi nyari U ke 10-nya.” Aku masih berdebat dengan Wury.
“Aku…
Setuju sama Wury…” kata Hani setelah membaca soal nomor 9 itu dengan seksama.
Aku
agak kesel, kenapa 2 anak ini enggak mau menyetujui pendapatku? “Aku gak yakin
itu nyari S,” kataku.
“Pokoknya
cari S10,” kata Hani bersikeras. Sementara itu Wury mulai bingung
dengan soal itu. Ia jadi enggak yakin dengan caranya tadi. “Iya mungkin, kita
cari U-nya…”
“HHHH…
Kenapa sih kalian enggak dengerin aku?!” Tiba-tiba aja Nadya ngomong begitu.
Aku,
Hani, dan Wury langsung ngeliat ke arah dia. “Apa?” tanya Hani tapi Nadya
enggak menjawab. Tiba-tiba ia menjauhkan bangkunya dari bangkuku.
“Apaan
sih, Nad?” tanyaku agak kesel.
Dia
enggak ngejawab. Dia justru pura-pura ngerjain soal, sok serius.
“Aishhh…
Sorry. Tadi aku lagi berdebat sama
Hani-Wury. Jangan kacangin aku dong,” ucapku. Tapi dia tetap diam.
Aku
menghembuskan napas dengan kesal. “Ya udah!” Aku juga bisa mendiamkan dia. Yang
penting aku udah minta ma’af. Biarin aja dia.
**
Jam
pelajaran berlanjut, ia mau ngomong sama Hani dan Wury lagi. Tapi enggak ke
aku. Agak kesel juga sih… Padahal, aku udah minta ma’af…
Tapi
biarin ajalah… Hhhh…
**
Jum’at, 17 April 2015
Kembali
ke waktu sekarang. Jadi, itulah asal mula aku sama Nadya masih perang dingin
sampe sekarang. Bener kan? Masalahnya sepele? Cuma gara-gara ‘gak sengaja’
omongan Nadya enggak kutanggapi waktu itu. Hhhh… Enggak betah juga sih kayak
gini… Aku jadi enggak bisa curcol ke dia. Padahal biasanya aku selalu curcol
atau ngobrolin tentang K-POP sama dia.
Tapi
aku juga kesel >< Aku pengen dia duluan yang mengakhiri perang dingin
ini. Coba deh sekali-kali dia yang mengalah. Dulu aku juga pernah ngalamin hal
kayak gini sama Nadya. Bahkan 2 kali! Yang pertama terjadi tahun lalu dan
perang dinginnya hanya berlangsung beberapa menit. Yang kedua… terjadinya aku
lupa kapan. Yang jelas aku juga perang dingin sama Nadya selama 4 hari.
Ini
rekor! Aku udah gak ngomong sama dia selama 9 hari! Padahal, aku sebangku sama
Nadya!
Memang
sih, dalam Agama enggak boleh bermusuhan dengan sesama saudara. Selain jadi
temen deketku, Nadya juga saudara sepupuku. Tapi…
Ah
sudahlah… Nanti juga baikan lagi… Walaupun enggak tahu kapan…
0 comments