Brothership

FF: KyuMin First Story

Mei 08, 2015

FF: KyuMin First Story




Author: Nandakyu 
Rated: General
Length: One Shot
Genre: Brothership, Comedy
Cast: Leeteuk, Heechul, Hangeng, Yesung, Kang In, Shindong, Sungmin, Eunhyuk, Siwon, Donghae, Ryeowook, Kibum, & Kyuhyun
Desclaimer: FF ini asli dari otak Admin! >< Jadi, jangan COPAS!!!
NB: Admin lagi ngayal-ngayal aja tentang KyuMin :D, ya udah akhirnya Admin tulis FF ini deh... FF ini cocok banget buat para Joyer alias KyuMin shipper! Jadi, ceritanya tuh, tentang awal kenapa KyuMin bisa jadi deket :') Hiks... Ini couple bikin galau kalo sekarang... Terus, FF ini kubuat waktu aku masih kelas 8 :3 Jadi udah lama juga FF ini mendekam di folder laptop. Kekekeke~  Pokoknya enjoy reading ya~^^
Summary:

/BRUGH!/
/Ups, sosok di balik selimut itu bangun. Aku yakin sekarang ia pasti sedang melihat ke arahku. /Aish.../

~~

-Sungmin POV-

Dia.

Dia itu magnae yang ‘aneh’. Tidak seperti kebanyakan maknae lain, yang biasanya hyper, atau menjengkelkan. Tapi, ia sangat pendiam dan juga sangat tertutup. Ketika berada di ruang tunggu/backstage, dia lebih sering diam, entah apa yang ia pikirkan. Memng sih, selama dia di sini, dia belum akrab dengan member Super Junior yang lain. Hmmm... Ya. Dia adalah sosok yang misterius.

Semenjak kedatangannya di  Super Junior, aku sudah penasaran dengannya. Aku ingin sekali tahu tentang anak itu. Tapi, begitu aku dan dia berdekatan, entah kenapa, terasa sangat canggung dan satu lagi, auranya sedikit aneh. Walaupun lebih aneh auranya Yesung hyung.

“Sungminnie hyung!”

Seseorang memanggilku dan aku sudah mengenal dengan sangat baik suara khas ini, suara Kim Ryeowook. “Ya. Ada apa?” sahutku menoleh ke arahnya yang ternyata sedang berdiri di belakangku. Sepertinya, dia yang lebih pantas menjadi magnae di antara kami. Selain wajahnya yang cute overload, tingkahnya pun manis.

“Kau melamun, hyung?” katanya sambil memperhatikan wajahku dengan seksama. HEY! Apakah wajahku sangat terbaca kalau aku sedang melamun?!

Anni!” bantahku. “Ada apa, sih?”

“Member lain sedang keluar, kau tidak ikut?” tanya Ryeowook kepadaku.  

“Ke mana?”

“Hanya berjalan-jalan saja,” jawabnya santai sambil tersenyum. Tiba-tiba seseorang lagi muncul dari... entah dari mana seseorang itu sudah berada di hadapanku. Tanpa melihat pun, aku sudah tahu kalau seseorang itu pasti Yesung hyung. Aku heran, kenapa Ryeowook bisa betah berdekatan dengan Yesung hyung? Jangan-jangan... Ryeowook disihir oleh Yesung hyung sehingga ia jadi betah berdekatan dengannya. Andwae~ Kenapa aku jadi berpikiran seperti itu ya?

Oh iya, sepertinya Yesung hyung  juga akan mengajakku pergi keluar. Aku sedikit bimbang, aku ikut tidak ya?

“Sungmin, kau tidak mau ikut kami? Kami mau pergi berjalan-jalan keluar,” kata Yesung hyung sambil menggandeng tangan dongsaeng kesayangannya, Ryeowook, sepertinya ia bisa membaca pikiranku. Ah, lagi-lagi aku berpikiran aneh seperti itu. Andwae~ Menyebalkan! Eits tapi tunggu... Kalau semua member lain sedang pergi keluar, lalu aku dengan siapa di dorm?

“Tunggu. Apa benar semua member pergi keluar?” tanyaku dengan cepat, karena Yesung hyung dan Ryeowook sudah berjalan menjauh dariku dengan memakai jaket tebal dan pelindung dingin lengkap, mereka melangkah santai menuju pintu utama dorm.

“Emmm... Ada Kyuhyun,” jawab Yesung hyung, cuek.

Sungguh aneh, kenapa anak itu tidak ikut keluar? Apa karena tidak ada yang mengajaknya? Kurasa tidak mungkin, deh... “HYUNG! Kami berangkat ya! Bye!” lagi-lagi Ryeowook mengagetkanku dari lamunanku. Ah, kenapa aku jadi sering melamun ya?

Ya! Tidak usah mengagetkanku!” kataku dengan sedikit sebal kepada Kim Ryeowook, kulihat ia terkekeh geli melihat ekspresi wajahku yang sedang cemberut tetapi tetap cute, dan pintu pun tertutup seiring dengan bunyinya yang keras. Aku sedang duduk di kursi meja makan. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan hari ini, jadi aku hanya memainkan handphone-ku dengan bosan di sini. Di ruang makan.

Sekarang kembali ke ‘misi’ku. Aku ingin mendekati anak itu, anak yang tadi kubilang adalah sosok misterius. Apa benar anak itu ada di dorm? Aku pun memanggilnya pelan, “Kyuhyun?” Tak ada jawaban.  Mungkin anak itu juga pergi, bisa saja Yesung hyung tadi membohongiku. Haha! Eh? Aku jadi bingung? Barusan aku ingin mendekati anak bernama Kyuhyun itu, tapi kenapa aku mengharapkan anak itu pergi keluar dorm? Aku aneh!

Ne?

Sebuah suara menyahut. Suara dingin itu, suara Kyuhyun. Lagi-lagi aku telah membohongi diriku. Mungkin ini kesempatanku untuk bisa mengenal lebih dekat seorang Kyuhyun. Tapi... Apa aku bisa  mendekatinya ya? Berhubung aku dan dia sangaaat jarang mengobrol. Sudah kubilang kan tadi, kalau anak itu belum mendapat teman dekat di dorm.

Aku pun berjalan menuju asal suara dingin tadi. Ternyata anak itu sedang berda di ruang tengah. Begitu aku duduk di karpet dekat sofa tepat berada di sampingnya, rasa canggung itu melanda diriku dan dirinya, mungkin. Tapi sepertinya ia tidak mempedulikannya. Aish... Apa dia tidak peka?

“Kenapa hyung tidak ikut pergi keluar?”

Aku masih diam. Perkataannya dingin dan sedikit kasar. Apa yang harus kujawab? Aish... Aku bingung dengan anak ini dan juga dengan diriku yang aneh ini! Tapi benar juga perkataannya, seharusnya tadi aku ikut pergi keluar bersama Yesung hyung dan Ryeowookkie. Tapi kalau aku ikut, aku pasti bakal menganggu mereka!  

“Em, ma-ma’af hyung. Tadi aku salah ngomong. Maksudku, kenapa hyung tadi tidak ikut keluar menikmati musim dingin?” dia menoleh ke arahku dengan ekspresi canggung. Ia mem-pause game-nya sebelum menoleh ke arahku.

“Kau juga kenapa tidak keluar?” kataku balas bertanya. Ia sepertinya mulai merasakan aura canggung yang menyelimuti kami berdua.

“Em... Tidak. Tidak apa-apa. Aku... hanya ingin di dorm,” jawabnya kaku tapi masih dingin. Bisakah ia bertingkah hangat sedikit saja?

“Kau yakin?” tanyaku berusaha menghangatkan suasana.

“Iya. Aku hanya ingin bermain game,” jawabnya tanpa senyum lalu kembali bermain game.

“Kau suka bermain game?” tanyaku penasaran. Aku baru tahu kalau ternyata dia suka bermain game.

Ia hanya mengangguk pelan dengan mata terfokus pada layar laptopnya. Oh... Jadi begitu? Itu yang ia lakukan setiap hari dengan laptopnya. Pantas saja ia begitu pendiam.

“Kalau... hyung? Kenapa tidak keluar juga?” tanyanya lagi. Oh iya, aku sampai lupa kalau aku belum menjawab pertanyaannya yang satu ini.  

“Aku hanya capek,” jawabku jujur.

About Me

Pagi Itu

Mei 08, 2015

Pagi Itu



Aku menguap lagi. Hoammm… Dengan mata mengantuk dan langkah agak malas, aku berjalan menuju kelasku. Aku menyesal tadi malam tidur terlalu malam buat ngetik. Sebenarnya, enggak malam-malam banget sih, tapi bagiku jam 9.30 itu udah kayak tengah malam!
Ini dia kelasku. Di pojokan, dekat kamar mandi cowok, tersembunyi oleh daun-daun pepohonan mini di taman sekolahã…¡yang sama sekali enggak mirip taman. Kelas paling terakhir dan terisolasi dari kelas lain.
Kelas 9G.
Aku melihat jam dinding kelasku. Masih jam 7 kurang 15 menit. Mendingan aku duduk dulu di bangku panjang yang ada di luar kelas.
Ada tempat kosong! Langsung aja aku nyerobot duduk di situ. Sepertinya enggak ada yang menyadari kalau ‘Nanda’ ada di sini. Tapi enggak apa-apa. Aku diam aja, asyik berpikir tentang sesuatu.
“Kalian enggak percaya?”
“Enggaklah! Mana ada naga di rumah lo?”
“Palingan cacing…”
Percakapan orang-orang yang tidak asing di sebelah kananku, membuatku terbangun (Emang dari tadi aku tidur ya?) “Apaan? Naga?” gumamku sambil menunggu lanjutan percakapan mereka.
“SUER!!!”
“Naga apaan? Buah naga kali!” Hani yang duduk di samping kananku persis, berkata dengan nada sewot.
Kenalin cewek cantik di sebelahkuã…¡yang ngomong sewot tadi. Namanya Isrotun Hanifah alias Hani. Dia ini cewek yang paling ‘baik’ di kelas 9G.
“Bukan buah naga! Tapi hewan naga!” kata Adeã…¡teman sekelasku jugaã…¡yang sekarang duduk di samping Hani. Raut mukanya terlihat bersungguh-sungguh waktu mengatakan soal naga tadi.
“SUMPAH!” kata si Obi mendukung perkataan Ade. Ia membentuk tanda V dengan tangannya.
“Hayo! Sumpah demi apa?”
Kali ini Mila yang sewot. Suaranya yang keras agak membuat telingaku pengang sesaat. Dia duduk di samping kiriku sih…
“Sumpah…” Ekspresi muka Obi mulai terlihat tidak meyakinkan. Ia nyengir gaje.
“Halaaah… Gak berani sumpah…” cibir Hani. “Sumpah demi apa hayooo?”
“Demi naga, deeeh…”
Anak-anak yang ngerumunin Obi langsung ngelempar apa aja ke mukanya (Sebenarnya enggak, cuma disorakin aja)
“Hahahahahahahaha!” Obi ngakak ngelihat muka kesel temen-temennya.
“Eh tapi gue beneran!” Si Ade memasang muka sok serius. Tapi udah enggak ada yang tertarik dengan bualannya. Dia pun mengatakan hal lain biar teman-temannya terpancing. “Coba aja! Nanti pulang sekolah, lo-lo pada, dateng ke rumah gue!”
“Hooo! Ogah!” Ikbal nyorakin Ade. Manusia bernama Ikbal itu juga teman sekelasku. Saat ini, dia lagi berdiri karena enggak kedapetan tempat duduk di bangku panjang.
“Entar keinget dulu pernah kehabisan bensi,” kata Ikbal lagi.
“Apa hubungannya?” Aldi tahu-tahu muncul di percakapan ini. Dari tadi dia lagi minta dipangku sama Obi dan Ade. Sayangnya 2 cowok itu pada ogah mangkuin Aldi. Kasihan juga ngelihat muka ngelesnya Aldi. Hahaha…
“Oh iya! Gue inget juga!” kata Ade menanggapi perkataan Ikbal.
“Sumpah! Malu-maluin banget. Lagi jalan-jalan ke pasar malam kok tiba-tiba kehabisan bensin,” ujar Ikbal mulai mendongeng.
“Terus?” Tahu-tahu Wury udah ikutan kumpulan ini. Dia duduk di bawah. Dari tadi dia diam aja karena lagi melamun (Melamunin cogan). Kenalin juga, namanya Wuryanti a.k.a Wury~ Dia termasuk teman dekatku. Kalau sama Wury, tanpa ngomong apa pun kita bisa tahu maksud hati masing-masing. Kita ini sama-sama suka puitis mendadak dan suka berfilosofi. Haha!
Ikbal melanjutkan ceritanya. “Ya udah. Terpaksa banget jalan sama temen sambil nuntun motor ke rumah Ade. Malu-maluin banget padahal waktu itu mau jalan-jalan ke Pasar Malam.”
“Waktu kapan?” tanya Obi ke Ikbal.
“Waktu kelas 7! Waktu itu pakek motor apa ya…?”
“Motor Jupiter kalau enggak salah,” sahut Ade. (Jujur aja, ini agak enggak penting -_-)
“Hahahaha… Makanya jangan gaya-gayaan kalau enggak punya bensin!” kata Mila.
“Habis waktu itu cuma mau lihat Pasar Malam,” kata Ikbal lagi.
Kelompok anak-anak usia tanggung itu tertawa termasuk aku. Tapi aku tidak berkomentar, aku lebih suka menjadi pendengar yang baik.
“Heh.. Shalat Dhuha!” kata Aldi yang lagi alim. Sarung udah siap di tangannya.
“Nantilah…” kata Hani.
“Shalat weh!” kata Mila yang menurutku mirip Ibu gerombolan anaka-anak itu.
Gerombolan itu seperti menuruti perkataan Mila. Termasuk aku! Aku mengambil mukenaku di tasku lalu mengikuti mereka ke mushola untuk Shalat Dhuha tepat saat bel masuk berbunyi.
Kupikir itu adalah pagi yang hangat walaupun penuh dengan cerita gaje J

SELESAI

Notes: Aku lupa kapan tanggalnya kejadian ini terjadi ._.V Intinya hari Jum’at *okesip, ini ga penting* Hehehe… :D Makasih ya, yang udah baca :3 Dan ini semua diambil dari CERITA NYATA. Tokohnya pun nyata. Hehehe… Bubye~