Pagi Itu

Mei 08, 2015

Pagi Itu



Aku menguap lagi. Hoammm… Dengan mata mengantuk dan langkah agak malas, aku berjalan menuju kelasku. Aku menyesal tadi malam tidur terlalu malam buat ngetik. Sebenarnya, enggak malam-malam banget sih, tapi bagiku jam 9.30 itu udah kayak tengah malam!
Ini dia kelasku. Di pojokan, dekat kamar mandi cowok, tersembunyi oleh daun-daun pepohonan mini di taman sekolahyang sama sekali enggak mirip taman. Kelas paling terakhir dan terisolasi dari kelas lain.
Kelas 9G.
Aku melihat jam dinding kelasku. Masih jam 7 kurang 15 menit. Mendingan aku duduk dulu di bangku panjang yang ada di luar kelas.
Ada tempat kosong! Langsung aja aku nyerobot duduk di situ. Sepertinya enggak ada yang menyadari kalau ‘Nanda’ ada di sini. Tapi enggak apa-apa. Aku diam aja, asyik berpikir tentang sesuatu.
“Kalian enggak percaya?”
“Enggaklah! Mana ada naga di rumah lo?”
“Palingan cacing…”
Percakapan orang-orang yang tidak asing di sebelah kananku, membuatku terbangun (Emang dari tadi aku tidur ya?) “Apaan? Naga?” gumamku sambil menunggu lanjutan percakapan mereka.
“SUER!!!”
“Naga apaan? Buah naga kali!” Hani yang duduk di samping kananku persis, berkata dengan nada sewot.
Kenalin cewek cantik di sebelahkuyang ngomong sewot tadi. Namanya Isrotun Hanifah alias Hani. Dia ini cewek yang paling ‘baik’ di kelas 9G.
“Bukan buah naga! Tapi hewan naga!” kata Adeteman sekelasku jugayang sekarang duduk di samping Hani. Raut mukanya terlihat bersungguh-sungguh waktu mengatakan soal naga tadi.
“SUMPAH!” kata si Obi mendukung perkataan Ade. Ia membentuk tanda V dengan tangannya.
“Hayo! Sumpah demi apa?”
Kali ini Mila yang sewot. Suaranya yang keras agak membuat telingaku pengang sesaat. Dia duduk di samping kiriku sih…
“Sumpah…” Ekspresi muka Obi mulai terlihat tidak meyakinkan. Ia nyengir gaje.
“Halaaah… Gak berani sumpah…” cibir Hani. “Sumpah demi apa hayooo?”
“Demi naga, deeeh…”
Anak-anak yang ngerumunin Obi langsung ngelempar apa aja ke mukanya (Sebenarnya enggak, cuma disorakin aja)
“Hahahahahahahaha!” Obi ngakak ngelihat muka kesel temen-temennya.
“Eh tapi gue beneran!” Si Ade memasang muka sok serius. Tapi udah enggak ada yang tertarik dengan bualannya. Dia pun mengatakan hal lain biar teman-temannya terpancing. “Coba aja! Nanti pulang sekolah, lo-lo pada, dateng ke rumah gue!”
“Hooo! Ogah!” Ikbal nyorakin Ade. Manusia bernama Ikbal itu juga teman sekelasku. Saat ini, dia lagi berdiri karena enggak kedapetan tempat duduk di bangku panjang.
“Entar keinget dulu pernah kehabisan bensi,” kata Ikbal lagi.
“Apa hubungannya?” Aldi tahu-tahu muncul di percakapan ini. Dari tadi dia lagi minta dipangku sama Obi dan Ade. Sayangnya 2 cowok itu pada ogah mangkuin Aldi. Kasihan juga ngelihat muka ngelesnya Aldi. Hahaha…
“Oh iya! Gue inget juga!” kata Ade menanggapi perkataan Ikbal.
“Sumpah! Malu-maluin banget. Lagi jalan-jalan ke pasar malam kok tiba-tiba kehabisan bensin,” ujar Ikbal mulai mendongeng.
“Terus?” Tahu-tahu Wury udah ikutan kumpulan ini. Dia duduk di bawah. Dari tadi dia diam aja karena lagi melamun (Melamunin cogan). Kenalin juga, namanya Wuryanti a.k.a Wury~ Dia termasuk teman dekatku. Kalau sama Wury, tanpa ngomong apa pun kita bisa tahu maksud hati masing-masing. Kita ini sama-sama suka puitis mendadak dan suka berfilosofi. Haha!
Ikbal melanjutkan ceritanya. “Ya udah. Terpaksa banget jalan sama temen sambil nuntun motor ke rumah Ade. Malu-maluin banget padahal waktu itu mau jalan-jalan ke Pasar Malam.”
“Waktu kapan?” tanya Obi ke Ikbal.
“Waktu kelas 7! Waktu itu pakek motor apa ya…?”
“Motor Jupiter kalau enggak salah,” sahut Ade. (Jujur aja, ini agak enggak penting -_-)
“Hahahaha… Makanya jangan gaya-gayaan kalau enggak punya bensin!” kata Mila.
“Habis waktu itu cuma mau lihat Pasar Malam,” kata Ikbal lagi.
Kelompok anak-anak usia tanggung itu tertawa termasuk aku. Tapi aku tidak berkomentar, aku lebih suka menjadi pendengar yang baik.
“Heh.. Shalat Dhuha!” kata Aldi yang lagi alim. Sarung udah siap di tangannya.
“Nantilah…” kata Hani.
“Shalat weh!” kata Mila yang menurutku mirip Ibu gerombolan anaka-anak itu.
Gerombolan itu seperti menuruti perkataan Mila. Termasuk aku! Aku mengambil mukenaku di tasku lalu mengikuti mereka ke mushola untuk Shalat Dhuha tepat saat bel masuk berbunyi.
Kupikir itu adalah pagi yang hangat walaupun penuh dengan cerita gaje J

SELESAI

Notes: Aku lupa kapan tanggalnya kejadian ini terjadi ._.V Intinya hari Jum’at *okesip, ini ga penting* Hehehe… :D Makasih ya, yang udah baca :3 Dan ini semua diambil dari CERITA NYATA. Tokohnya pun nyata. Hehehe… Bubye~



You Might Also Like

0 comments