Naskah Drama: Perang Khandaq

Maret 13, 2016

Hello! I'm here! Aku mau share naskah drama lagi. Kali ini tentang salah satu perang Islam. Naskah ini kubuat sendiri (Padahal ini tugas kelompok -_- But it's ok) Naskah ini boleh kalian pakai buat inspriasi tugas kalian kalau misal ada tugas bikin drama perang Islam ^^ 

Naskah Drama
Perang Khandaq

Adegan 1

Alkisah, pada tahun ke-5 Hijriyah, terjadi perang antara kaum muslimin Madinah melawan masyarakat Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Wail, musyrikin Quraisy, dan beberapa suku Arab yang masih musyrik. Oleh sebab itu, Perang Khandaq juga disebut dengan Perang Ahzab yang artinya ‘Perang Gabungan’.
Muara peperangan ini adalah ketidakpuasan masyarakat Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Wail terhadap keputusan Rasulullah SAW yang menempatkan mereka di luar Madinah. Mereka sangat kecewa dan marah. Maka berangkatlah mereka ke Makkah untuk menemui beberapa tokoh Kafir Quraisy. Mereka berniat untuk menghasut orang Kafir Quraisy agar memerangi Rasulullah SAW.
Sesampainya di Makkah, seorang tokoh Yahudi langsung menghasut beberapa orang Kafir Quraisy yang sedang berkumpul.


Orang Yahudi: Wahai Bani Quraisy, mari kita perangi Muhammad!
Kafiq Quraisy 1: Mengapa kita harus memerangi Muhammad?
Orang Yahudi: Muhammad telah membuat kami menderita! Muhammad telah mengusir kami dari Madinah.
Kafir Quraisy 2: Benarkah itu?
Orang Yahudi: Ya. Kami menjadi sangat kesulitan, karena Madinah adalah pusat kehidupan kami.
Kafir Quraisy 1: Betapa jahatnya Muhammad!
Kafir Quraisy 2: Kalau begitu, kita harus memerangi Muhammad!
Orang Yahudi: Ya! Betul sekali!

Para Kafir Quraisy itu benar-benar terhasut dengan ajakan Kaum Yahudi. Bahkan mereka sangat mendukung peperangan itu.

Adegan 2

Sementara itu, di kediaman Rasulullah. Terlihat Rasulullah sedang bermusyawarah bersama sahabat-sahabatnya. Beliau sudah mendengar kalau Kaum Yahudi akan menyerang kaum muslimin.

Kaum Muslimin: Apa yang harus kita lakukan? Pasukan kita hanya 3.000 personil, sedangkan pasukan musuh mencapai 10.000 personil.
Ali bin Abi Thalib: Sepertinya taktik perang kita yang biasanya tidak akan berhasil.
Kaum Muslimin: Iya. Jumlah kekuatan kita tentu tidak seimbang dengan mereka. 
Ali bin Abi Thalib: Kita butuh strategi perang yang lain.
Salman Al-Farisi: Saya punya ide untuk strategi perang kali ini.
Kaum Muslimin: Apa idemu, wahai Salman?
Salman Al-Farisi: Sewaktu kami di Persia, jika kami diserang, kami membuat parit. Alangkah baiknya jika kita juga membuat parit sehingga dapat menghalangi dari melakukan serangan.
Kaum Muslimin: Ide yang bagus! Strategi perang kita kali ini pasti tidak akan diketahui oleh kaum Yahudi itu.
Ali bin Abi Thalib: Jadi, peluang kita untuk menang lebih besar.
Kaum Muslimin: Betul sekali!

Usul Salman Al-Farisi disetujui oleh Rasulullah. Begitu pula oleh sahabat yang lain.

Adegan 3

Rasulullah dan para sahabat keluar dari kota Madinah dan berkemah di salah satu tempat di bukit gunung Sala’. Selama membangun parit dalam waktu 10 hari, pertahanan kota di bagian lain juga diperkuat. Wanita dan anak-anak dipindahkan ke rumah yang kokoh dan dijaga ketat.
Dari jauh, kaum Yahudi dan beberapa Kafir Quraisy tengah keheranan melihat kaum Muslimin yang sedang membuat parit.

Orang Yahudi: Ya ampun… Apa yang sedang mereka lakukan?
Kafir Quraisy 1: Entahlah.
Kafir Quraisy 2: Mereka seperti sedang membuat sesuatu… Tapi apa ya?
Orang Yahudi: Saya tidak tahu. Lebih baik kita berfoya-foya dari pada di sini. Betul kan?
Kafir Quraisy 1: Iya. Yuk, kita makan anggur dan buah-buah segar lainnya.
Kafir Quraisy 2: Itu lebih asyik dari pada berdiri di sini!
Orang Yahudi: Betul!

Tak seperti kaum Muslimin, pasukan kaum Yahudi malah bersantai-santai.
Umat Islam bersama Rasulullah SAW bekerja membuat parit dengan giat. Mereka menganggapnya sebagai ibadah yang akan ada ganjarannya kelak.

Kaum Muslimin: Sepertinya ada bagian kota yang harus dijaga waktu perang.
Salman Al-Farisi: Bagian yang mana?
Kaum Muslimin: Bagian Selatan Madinah.
Salman Al-Farisi: Kita minta tolong saja pada Bani Quraizhah untuk menjaga bagian itu.
Kaum Muslimin: Boleh juga. Bani Quraizhah pasti mau membantu.

Adegan 4

Ketika kaum Musyrikin sampai di kota Madinah, mereka terkejut melihat pertahanan yang dibuat kaum Muslimin. Belum pernah hal ini terjadi pada bangsa Arab. Akhirnya mereka membuat perkemahan mengepung kaum Muslimin.
Tidak terjadi pertempuran yang berarti. Namun sejumlah ahli berkuda Kafir Quraisy, berusaha melompati parit. Di antaranya adalah ‘Amr bin ‘Abdi Wadd. Amr bin ‘Abdi Wadd pun menantang para pahlawan Muslimin untuk perang tanding.

Amr bin ‘Abdi Wadd: Hai kaum Muslimin! Ayo kita bertanding perang!

Namun tak ada kaum Muslimin yang menyambut ajakan tandingnya.

Amr bin ‘Abdi Wadd: Kenapa tidak ada yang maju? Apa kalian takut? Ayo kita bertanding!

Akhirnya Ali bin Abi Thalib maju dengan beraninya menghadap Amr bin ‘Abdi Wadd. Keduanya bersiap-siap bertanding dengan pedang. Tetapi Ali bin Abi Thalib melakukan pembicaraan terlebih dahulu kepada Amr bin ‘Abdi Wadd.

Ali bin Abi Thalib: Wahai Amr! Mengapa engkau melakukan hal ini?
Amr bin ‘Abdi Wadd: Ini karena ulah kalian mengusir kaum kami dari Madinah!
Ali bin Abi Thalib: Sungguh, saya hanya ingin mengajakmu kepada Allah dan Rasul-Nya, serta kepada Islam.
Amr bin ‘Abdi Wadd: Saya tidak butuh itu! Saya hanya ingin mengajakmu bertanding!

Tiba-tiba Amr bin ‘Abdi Wadd turun dari kudanya dan memotong kedua kaki depan kudanya hanya untuk memamerkan kekuatannya.

Amr bin ‘Abdi Wadd: Lihat kekuatan saya! Hahaha…

Amr bin ‘Abdi Wadd menatap ke sekelilingnya dengan wajah sombong. Saat Amr bin ‘Abdi Wadd sedang menyombongkan dirinya, Ali bin Abi Thalib juga melakukan hal serupa yang dilakukan Amr bin ‘Abdi Wadd pada kudanya. Kaki Amr bin ‘Abdi Wadd terpotong.

Amr bin ‘Abdi: Oh kaki saya!
Ali bin Abi Thalib: Itu akibatnya dari kesombonganmu. Sesungguhnya Allah akan memberikan ahzab yang lebih pedih dari ini.
Amr bin ‘Abdi: Saya tidak peduli! Saya bahkan masih memiliki kekuatan!
Ali bin Abi Thalib: Sungguh sombong sifatmu, wahai Amr! Sadarlah, wahai Amr!
Amr bin ‘Abdi: Saya bahkan masih sanggup untuk bertanding. Apa engkau tak berani melawan saya?
Ali bin Abi Thalib: Saya hanya memohon agar Allah yang membalas kesombonganmu.
Amr bin ‘Abdi: Saya tidak percaya!
Ali bin Abi Thalib: Tunggu saja, sampai ahzab Allah datang.

Tiba-tiba angin bertiup dengan sangat kencang sehingga meniupkan tubuh Amr bin ‘Abdi Wadd dan memporak-porandakan kemah pasukan kaum Yahudi. Sementara itu kaum Muslimin selamat dari tiupan angin kencang itu karena Allah SWT melindungi mereka. Akhirnya pasukan kaum Yahudi kembali ke rumah mereka dengan kegagalan menaklukan Kota Madinah.
Namun saat peperangan, Bani Quraizhah menkhianati perjanjian yang telah dibuat bersama kaum Muslimin. Maka pada saat perang telah berakhir, pengkhianat dari Bani Quraizhah dihukum mati.
Dan berakhirlah Perang Khandaq yang dimenangkan oleh kaum Muslimin.


SELESAI

You Might Also Like

1 comments