Ghost

Juli 31, 2022

 

She was alive but feeling like a ghost. Watching people from the window on her mind. Thinking about why she was there. Wondering if she was away. Longing about a place she never lived before.

**

Malam itu dingin. Hanya ada kami berdua di atas atap gedung itu. Gedung yang menjadi tempat tinggal kami selama berada di kota ini. Entah sudah berapa kali kami duduk di atas sini—melihat jalan raya yang tak pernah sepi. Mobil terus berlalu lalang di bawah sana. Dari ketinggian gedung 15 lantai, mobil-mobil itu terlihat kecil.


“Leo, pernah engga kepikiran jadi hantu?” tanyaku tiba-tiba sambil menatap ke bawah. Tanganku terjulur dan dagu tersandar pada pinggiran tembok. Sebetulnya tempat ini sama sekali tidak aman. Tempat ini bukan seharusnya dikunjungi oleh manusia.


Leo—cowok yang sudah jadi temanku sejak kami sama-sama berusia 15 tahun—termenung sejenak. Ia juga duduk di sampingku sambil melihat ke bawah dengan jari memegang sebatang rokok. “Lo jangan mikir yang aneh-aneh.”


Aku mendengus tertawa. “Bukan itu maksudku.” Sepertinya malah dia yang berpikiran aneh-aneh.  I don’t want to suicide. Aku sudah lama mengubur perasaan itu karena tidak ada efeknya lagi bagiku. Mati dengan sengaja bukan pilihan yang tepat untuk mengakhiri hidup. “Kamu pernah merasa ada tapi juga merasa engga ada?”


Being ignored?” Leo menoleh ke arahku. Aku bisa merasakan tatapannya mengarah pada kepalaku.


More than that. It’s like… people doesn’t event realize you exist between them.”


Does it mean… you want to get noticed?


Aku menghela napas lalu menoleh ke arahnya. “Bukan gitu. Ah sudahlah.”


**

You Might Also Like

0 comments