OC Universe

Lost [CHAPTER 3]

Desember 18, 2022

Chapter 3

 “Sekolah yang sama dengannya?” gadis itu langsung kehilangan selera makannya ketika kedua orangtuanya menyampaikan berita itu padanya suatu pagi saat mereka sarapan bersama. Ia menatap serealnya dengan enggan. Kenangan tidak menyenangkan semenjak TK sampai SMP memenuhi pikirannya. Ia selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya oleh siapapun yang ada di sekolah. Victor yang begini. Victor yang begitu. Victor yang bisa menang semua kompetisi.

“Iya, Mama rasa akan lebih baik kalau kalian satu sekolah. Kalian bisa saling jaga dan mengajari,” kata wanita yang duduk di depan gadis itu.

Mereka tak tahu realitanya. Atau mereka tahu tapi menutup mata dan telinga? Atau mereka tahu dan sengaja membuatku merasa seperti ini? batin gadis berambut merah tembaga itu—Vanya. Ia tersenyum manis. “Oke, Ma. Aku mau satu sekolahan dengan dia.”

OC Universe

Lost [CHAPTER 2]

Desember 18, 2022

 Chapter 2

Langit terlihat mendung selama perjalanan panjang itu. Terkadang cerah menunjukkan seberkas sinar mmatahari. Namun, lebih sering mendung dan hujan. Aiden memilih tidur di jok belakang bersama barang-barangnya yang menumpuk di segala penjuru mobil.

Kali ini ia terbangun karena mobil berguncang begitu keras sampai punggungnya terasa sakit. Padahal ia sudah merasa pegal dengan seluruh perjalanan panjang ini.

“Ada apa?” tanyanya pada sopir—yang menjadi satu-satunya orang selain dirinya di dalam mobil tua itu—ketika mobil berhenti. Ia beranjak bangun. Rambut curly-nya terlihat acak-acakan setelah tidak disisir selama perjalanan.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore dan mereka berhenti di tengah-tengah sawah. Tidak ada rumah dekat situ yang bisa memberi pertolongan. Pak Radi yang menjadi sopir mobil itu kelihatan gugup karena mobilnya sudah berkali-kali distarter tidak menyala juga. “Mogok, Mas.”

OC Universe

Lost [CHAPTER 1]

Desember 18, 2022

Disclaimer:
Tulisan ini sebenernya baru berupa draft dan belum kubaca ulang karena belum selesai. Judulnya juga belum aku tentuin. But I still wanna put it here.  

--------------------------------

 

Chapter 1

Segalanya mulai terasa aneh ketika keheningan muncul di benaknya. Hening yang membuatnya tidak mendengar lagi suara apapun yang ada di sekitarnya. Kedua matanya menatap papan tulis yang menampakkan materi hari itu. Ia memahami setiap angka dan huruf yang tertulis di sana. Tangan kirinya menopang dagunya. Sementara tangan kanannya sibuk memutar pena yang dari tadi ia gunakan untuk menulis.

Ia tidak lagi mendengar suara guru yang sedang menjelaskan di depan kelas itu. Bukan. Bukan karena ia tuli. Rasanya seperti tenggelam dalam lamunan. Lamunan yang lebih dalam hingga membuatnya merasa terlepas dari tubuhnya. Hanya tangan kanannya yang terus bergerak memutar pena yang meyakinkannya kalau ia sedang duduk di dalam kelas fisika yang membuat semua orang mengantuk di jam menjelang makan siang.