Chapter 3
“Sekolah yang sama dengannya?” gadis itu langsung kehilangan selera makannya ketika kedua orangtuanya menyampaikan berita itu padanya suatu pagi saat mereka sarapan bersama. Ia menatap serealnya dengan enggan. Kenangan tidak menyenangkan semenjak TK sampai SMP memenuhi pikirannya. Ia selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya oleh siapapun yang ada di sekolah. Victor yang begini. Victor yang begitu. Victor yang bisa menang semua kompetisi.
“Iya, Mama rasa akan lebih baik
kalau kalian satu sekolah. Kalian bisa saling jaga dan mengajari,” kata wanita
yang duduk di depan gadis itu.
Mereka tak tahu realitanya. Atau
mereka tahu tapi menutup mata dan telinga? Atau mereka tahu dan sengaja
membuatku merasa seperti ini? batin gadis berambut merah tembaga itu—Vanya. Ia tersenyum manis. “Oke,
Ma. Aku mau satu sekolahan dengan dia.”