OC Universe

Lost [CHAPTER 3]

Desember 18, 2022

Chapter 3

 “Sekolah yang sama dengannya?” gadis itu langsung kehilangan selera makannya ketika kedua orangtuanya menyampaikan berita itu padanya suatu pagi saat mereka sarapan bersama. Ia menatap serealnya dengan enggan. Kenangan tidak menyenangkan semenjak TK sampai SMP memenuhi pikirannya. Ia selalu dibandingkan dengan saudara kembarnya oleh siapapun yang ada di sekolah. Victor yang begini. Victor yang begitu. Victor yang bisa menang semua kompetisi.

“Iya, Mama rasa akan lebih baik kalau kalian satu sekolah. Kalian bisa saling jaga dan mengajari,” kata wanita yang duduk di depan gadis itu.

Mereka tak tahu realitanya. Atau mereka tahu tapi menutup mata dan telinga? Atau mereka tahu dan sengaja membuatku merasa seperti ini? batin gadis berambut merah tembaga itu—Vanya. Ia tersenyum manis. “Oke, Ma. Aku mau satu sekolahan dengan dia.”

OC Universe

Lost [CHAPTER 2]

Desember 18, 2022

 Chapter 2

Langit terlihat mendung selama perjalanan panjang itu. Terkadang cerah menunjukkan seberkas sinar mmatahari. Namun, lebih sering mendung dan hujan. Aiden memilih tidur di jok belakang bersama barang-barangnya yang menumpuk di segala penjuru mobil.

Kali ini ia terbangun karena mobil berguncang begitu keras sampai punggungnya terasa sakit. Padahal ia sudah merasa pegal dengan seluruh perjalanan panjang ini.

“Ada apa?” tanyanya pada sopir—yang menjadi satu-satunya orang selain dirinya di dalam mobil tua itu—ketika mobil berhenti. Ia beranjak bangun. Rambut curly-nya terlihat acak-acakan setelah tidak disisir selama perjalanan.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore dan mereka berhenti di tengah-tengah sawah. Tidak ada rumah dekat situ yang bisa memberi pertolongan. Pak Radi yang menjadi sopir mobil itu kelihatan gugup karena mobilnya sudah berkali-kali distarter tidak menyala juga. “Mogok, Mas.”

OC Universe

Lost [CHAPTER 1]

Desember 18, 2022

Disclaimer:
Tulisan ini sebenernya baru berupa draft dan belum kubaca ulang karena belum selesai. Judulnya juga belum aku tentuin. But I still wanna put it here.  

--------------------------------

 

Chapter 1

Segalanya mulai terasa aneh ketika keheningan muncul di benaknya. Hening yang membuatnya tidak mendengar lagi suara apapun yang ada di sekitarnya. Kedua matanya menatap papan tulis yang menampakkan materi hari itu. Ia memahami setiap angka dan huruf yang tertulis di sana. Tangan kirinya menopang dagunya. Sementara tangan kanannya sibuk memutar pena yang dari tadi ia gunakan untuk menulis.

Ia tidak lagi mendengar suara guru yang sedang menjelaskan di depan kelas itu. Bukan. Bukan karena ia tuli. Rasanya seperti tenggelam dalam lamunan. Lamunan yang lebih dalam hingga membuatnya merasa terlepas dari tubuhnya. Hanya tangan kanannya yang terus bergerak memutar pena yang meyakinkannya kalau ia sedang duduk di dalam kelas fisika yang membuat semua orang mengantuk di jam menjelang makan siang.

Original Story

Ghost

Juli 31, 2022

 

She was alive but feeling like a ghost. Watching people from the window on her mind. Thinking about why she was there. Wondering if she was away. Longing about a place she never lived before.

**

Malam itu dingin. Hanya ada kami berdua di atas atap gedung itu. Gedung yang menjadi tempat tinggal kami selama berada di kota ini. Entah sudah berapa kali kami duduk di atas sini—melihat jalan raya yang tak pernah sepi. Mobil terus berlalu lalang di bawah sana. Dari ketinggian gedung 15 lantai, mobil-mobil itu terlihat kecil.


“Leo, pernah engga kepikiran jadi hantu?” tanyaku tiba-tiba sambil menatap ke bawah. Tanganku terjulur dan dagu tersandar pada pinggiran tembok. Sebetulnya tempat ini sama sekali tidak aman. Tempat ini bukan seharusnya dikunjungi oleh manusia.


Leo—cowok yang sudah jadi temanku sejak kami sama-sama berusia 15 tahun—termenung sejenak. Ia juga duduk di sampingku sambil melihat ke bawah dengan jari memegang sebatang rokok. “Lo jangan mikir yang aneh-aneh.”


Aku mendengus tertawa. “Bukan itu maksudku.” Sepertinya malah dia yang berpikiran aneh-aneh.  I don’t want to suicide. Aku sudah lama mengubur perasaan itu karena tidak ada efeknya lagi bagiku. Mati dengan sengaja bukan pilihan yang tepat untuk mengakhiri hidup. “Kamu pernah merasa ada tapi juga merasa engga ada?”


Being ignored?” Leo menoleh ke arahku. Aku bisa merasakan tatapannya mengarah pada kepalaku.


More than that. It’s like… people doesn’t event realize you exist between them.”


Does it mean… you want to get noticed?


Aku menghela napas lalu menoleh ke arahnya. “Bukan gitu. Ah sudahlah.”


**

My Stories

Riam Kanan

Juli 18, 2022

Halooo, hari ini aku bakal cerita tentang pengalamanku pergi ke Waduk Riam Kanan. Aku pergi ke tempat ini bareng orang-orang sebidang dari kantor. Acara jalan-jalan ini sebenarnya ada tujuannya yaitu perpisahan salah satu pegawai yang akan pindah.

 

Perjalanan dimulai dari kantor. Tiga mobil berangkat dari Kota Banjarbaru. Jaraknya dari Banjarbaru, engga terlalu jauh. Kalau dilihat di google maps, jaraknya sekitar 28 km. Perjalanan memakan waktu satu jam. Sekitar pukul 9, kami sampai di pinggir waduk itu.

 

Sebenernya aku masih agak bingung Riam Kanan ini waduk atau danau, soalnya kalau di google Riam Kanan ini waduk. Tapi kalau dilihat aslinya, lebih mirip danau karena luas banget dan di tengahnya ada banyak pulau-pulau kecil. Tujuan kami ke salah satu pulau yang ada di tengah danau itu, yaitu Pulau Pinus. Buat ke pulau kecil itu, kami harus naik kapal.

 

Pukul setengah sepuluh, kami semua naik dua kapal. Kapalnya model lesehan gitu dan mesinnya berisik banget. Aku sempat foto-foto di ujung kapal, habis itu aku duduk-duduk sambil ngeliatin Waduk Riam Kanan yang luas. Hmmm gatau kenapa jadi kangen laut kalau lihat air yang luas kayak gini… Tapi di Kalsel, jauh kalau mau ke pantai yang bagus. Di sini adanya sungai dan danau.

 

Kapal melaju selama 30 menit. Engga lama kemudian, kami sampai di Pulau Pinus. Sesuai namanya, pulau itu dipenuhi pohon pinus yang tinggi-tinggi. Aku sama temen-temen yang seangkatan langsung jalan-jalan di pulau kecil itu dan berfoto-foto. Sementara bapak-bapak dan kakak-kakak senior duduk-duduk di salah satu tempat semacam panggung. Suasananya adem walaupun cuaca panas karena ada pohon pinus yang rimbun.

 

Setelah puas foto-foto, waktunya makan siang. Kayaknya perjalanan ini tujuannya cuma buat foto-foto aja. Tapi pemandangannya emang indah banget, jadi sayang kalau engga diabadikan. Setelah makan siang, kami beres-beres panggung itu karena ada rombongan yang mau pakai lagi. Terus kami semua bersih-bersih sampah yang ada di Pulau Pinus itu.

 

Nah, udah beres bersih-bersih, kami nyebrang naik jembatan kayu ke bukit yang aku lupa namanya. Di situ ada pedesaan kecil. Sebenarnya di bukit itu ada yang lebih tinggi lagi dan bisa kelihatan semua pulau yang ada di Riam Kanan, tapi jaraknya 30 menit jalan kaki. Jadi aku naik tangga yang deket aja buat lihat pemandangan danau dari atas dan aku dapet foto ini.

 


Setelah puas jalan-jalan di desa dan menikmati pemandangan, turun lagi dan balik ke Pulau Pinus buat minum es. Aku beli pop es dan menikmati kesejukan pohon pinus. Sekitar pukul 12.20, kami balik ke kapal buat pulang. Selama kapal berlayar, aku cuma duduk-duduk aja menikmati keindahan danau sampai aku hampir tertidur karena enak banget ada di atas kapal kecil sambil kena angin semilir ditambah pemandangan yang indah.

 

Pukul 13.00, sampai lagi di tempat awal. Oh iya aku sampai lupa ngasih tau kalau Riam Kanan ini ada di Aranio. Kalau naik ke atas lagi, ada tempat namanya Matang Kaladan. Tempat itu udah pernah dikunjungi temen-temen seangkatanku waktu libur lebaran kemarin—tapi aku belom pernah ke situ hehe.

 

Kami pun kembali ke Banjarbaru. Pukul 13.50, kami sampai di kantor. Kenapa ya kalau pulang tuh rasanya jadi lebih cepat? Apa karena kita udah engga penasaran lagi sama tempat yang mau kita tuju, atau cuma sugesti dari pikiran kita aja?

 

Okeee pokoknya gitu aja cerita singkatku jalan-jalan ke Riam Kanan. Kesimpulannya, danaunya cantik banget. Airnya hijau jernih dan luaas. Tempat ini bisa jadi rekomendasi buat yang mau jalan-jalan lihat keindahan alam di Kalimantan Selatan karena enggak terlalu jauh dari Ibukota Provinsi.

 

Sekian. Terima kasih sudah menyimak!

 

After Five Years

Mei 15, 2022

Pemandangan Kapal-Kapal di Pelabuhan Parepare

Setelah lima tahun engga pulang ke Parepare, akhirnya aku bisa pulang juga di tahun 2022. Terakhir kali aku pulang ke sana itu tahun 2017. Udah lama juga ya? Sampai-sampai aku lupa Makassar-Parepare itu berapa jam. Ternyata bisa ditempuh 2 jam kalau perjalanan lancar (kalau macet bisa sampe 4 jam sih).

 

Aku emang bukan dilahirkan di Parepare, bukan pula dibesarkan di kota itu, tapi aku paling merasa di rumah kalau aku lagi di Parepare. I feel so home and I feel like I was belong there.

 

Lima tahun engga bertemu kota itu, banyak yang berubah, tapi banyak juga yang tetap sama. Suasana rumah itu tetap sama... selalu bikin aku nyaman. Entah kapan terakhir kali aku merasa senyaman itu. Rasanya bersyukur banget, begitu kakiku sampai di depan pintu rumah, Nenekku langsung menyambut dan memelukku. Aku sendiri udah lupa kapan terakhir dipeluk seperti itu… Selama aku tinggal di Jawa, no one ever hugged me.  

 

Lalu, aku masuk ke ruang tengah dan finally bertemu Ibuku setelah 4 tahun. Terharuuu banget. Panjang banget perjalanan buat bisa ketemu Ibu lagi. After a long time, I am home. Terakhir kali aku ketemu Ibu itu waktu aku masih kuliah semester 1 di Bintaro tahun 2018. Ternyata udah lama juga… tau-tau ketemu lagi sama Ibu, anaknya alhamdulillah udah lulus kuliah. Time flies so fast.

 

Di hari itu juga, aku ketemu tante-tanteku yang juga udah lama engga ketemu. Aku ketemu Kakekku juga, agak maleman, karena pas aku sampai Kakekku masih di masjid. Aku juga ketemu Om-ku. Jujur aja, aku engga pernah dipeluk sebanyak itu selama lima tahun and it feels nice. Ternyata rasanya dipeluk senyaman itu ya. 

 

Kurang lebih di Parepare selama 7 hari karena 3 hari sisanya aku di Makassar.

 

Lima tahun engga ketemu dan sekalinya ada waktu, cuma diberi waktu satu minggu.


But it’s okay, because that’s just the way life works. Sometimes hellos are shorter than goodbye.

 

Kangen? Banget. Jujur aja kangennya belum dibayar tuntas. Masih pengen bisa ngerasain masakan Ibu. Masih pengen bisa ketemu keluargaku di sana. Katanya rindu harus dibayar tuntas, tapi kalau ini rindu harus dibayar mencicil. 

 

Walau begitu, aku tetap bersyukur banget. Dan bahagia bisa ngerasain berkumpul bersama keluarga di Parepare. Kangennya terobati.

 

Sometimes it’s kinda hurt waktu aku berpikir aku melewati lima tahun tanpa pulang. Kayak kemana aja aku selama ini??? Yah tapi mau gimana lagi. I couldn’t afford the plane ticket when I was in college or in senior high school. Because what could I do that time?

 

Pasca berenang di Pantai Lumpue

Pantai Lumpue, Parepare

Selama di Parepare, aku sempat pergi ke Pantai Lumpue alias pantai yang deket-deket aja. Jujur, aku happyyyy banget bisa berenang di laut lagi setelah sekian lama! Kayaknya terakhir kali aku berenang di laut tuh pas aku di Bulukumba (2017). Tapi agak sedih di pantai itu ada banyak sampahnya, sampai aku harus bolak-balik ke daratan buat kumpulin sampah dari laut. Aku berenang dari jam 10 sampai jam 12 siang sama sepupu-sepupuku. 

 

Terus setelah puas berenang di pantai, sorenya aku sekeluarga pergi jalan-jalan ke Lejja yang ada di Kabupaten Soppeng buat menginap semalam, acara kumpul-kumpul keluarga. Sebenarnya di Pantai Lumpue pun itu ada acara arisan keluarga dan kumpul keluarga. Jujur aja, banyak yang engga aku kenal karena mon maap aku udah ga pulang 5 tahun. Tapi aku tetep seneng bisa silaturahmi sama keluarga besar <3 Ketemu saudaranya Nenek dan sepupu-sepupunya Ibu yang ternyata buanyak banget. 

 

Perjalanan dari Parepare ke Lejja memakan waktu 4 jam, melewati Kabupaten Sidrap (Sidenreng Rappang) dan Kabupaten Soppeng. Sampai sana jam 8 malam dan kami menginap di villa low-budget yang ada di pinggir pemandian air panas. Dari dulu keluargaku emang suka banget jalan-jalan dan explore ke tempat yang baru kaya gini. Rasanya tiap kali aku ke sini, selalu ada aja mini adventure ke tempat baru di Sulsel.

 

Tahun 2016, nginep semalam di Tana Toraja dan di sana melihat Kete Kesu dan Gua Londa. Terus tahun 2017, nginep semalam di Bulukumba dan pergi ke Pantai Apparalang, Pantai Tanjung Bira, dan pantai yang sepiiiiii banget di dekat tempat menginap. Dan sekarang tahun 2022, nginep semalam di Lejja. (Sebenernya pas aku engga pulang, keluargaku juga banyak acara liburannya tapi yah aku di Jawa)

 

Seru banget sih tidur sama-sama di villa low-budget yang bentukannya kayak rumah panggung dan letaknya di pinggir hutan-hutan gitu. Terus paginya sehabis subuh langsung berendam air panas karena Lejja itu memang wisata alam air panas. Sebenarnya tahun 2016, pun aku pernah ke sini sama sepupu-sepupuku tapi waktu itu engga sampai berendam karena aku mager.

 

Villa Yuliana, Kabupaten Soppeng

Siangnya mampir ke rumah adeknya Kakek di Soppeng. Sebelum sampai di rumah Ji’di (panggilan buat adeknya Kakek), aku sekeluarga mampir ke semacam cagar budaya yang namanya Villa Yuliana. Villa-nya itu horror banget tapi cantik bentukannya. Kata Omku, villa itu dulunya buat Ratu Belanda tapi begitu udah dibangun, ternyata Ratu-nya engga jadi tinggal di situ.


Kelelawar di tengah kota!

 

Terus aku juga liat kelelawar banyak banget bergelantungan di pohon-pohon!!! SUMPAHHH. Kukira selama ini kelelawar itu tidurnya di gua atau tempat gelap macam di film Batman, tapi ternyata mereka tidur di pohon tengah kota! Banyak banget kelelawar yang bergelantungan di pohon-pohon tapi pas kufoto hasilnya blur karena aku terlalu takjub (dan mobilnya jalan terus).

 

Setelah mampir di rumah Ji’di, pulang lagi ke Parepare. Ngelewatin jalan di pinggir persawahan, ngelewatin jalan rusak, dan mampir sebentar di pinggir jalan buat makan buah lontar sama minum tuak (air buah lontar). Pas pertama liat tuak, kukira tuak tuh miras, ternyata bukan :’) Rasanya segerrr banget.

 

Buah Lontar dan kerupuk gatau namanya tapi enak

Tuak (bukan miras)

Sesampainya di Parepare, capek juga tapi masih belum kerasa karena aku bener-bener berusaha menikmati waktuku di sana. Waktu bersama keluarga yang susah banget buat kudapatkan selama ini. Dua hari kemudian, aku balik ke Makassar. Di Makassar itu ada rumahnya Tante, makanya kalau liburan di Makassar pasti stay-nya di sini.


Oh iya sebelum pulang ke Makassar juga, sehari sebelumnya, sempat ke Ladoma, Bacukiki. Ibu dan tante-tanteku pun juga baru tau ada sungai berbatu-batu di Parepare. Sayangnya tempatnya belum begitu terawat karena katanya baru dibuka lagi setelah pandemi. Tapi enggapapa lah, lumayan buat denger suara aliran sungai dan duduk-duduk di atas batu besar sambil main air. 


Sungai berbatuan di Ladoma, Kec. Bacukiki, Parepare

 

Hari Jumat, aku kembali lagi ke Makassar. Selama di Makassar, aku cuma sempat main ke Mall Panakkukang :’) karena hari Sabtu-nya aku udah capek banget sedangkan hari Minggu aku harus balik ke Banjarbaru. Pas balik ke Banjarbaru, aku ngalamin delay dua kali di Makassar dan Surabaya. Hmmm... Harusnya Banjarbaru bikin penerbangan yang langsung ke Makassar dong, jangan yang ada transit-transitnya. 

 


**



Jadi begitulah liburan singkat di Parepare dan Makassar. Aku bakal selalu kangen dua kota itu. Kangen dengerin orang-orang yang semuanya ngomong pakek Bahasa Bugis. Ya walaupun aku engga bisa terjemahin, kadang aku bisa mengerti apa yang diomongin (dengan cara nebak-nebak). Kangen kotanya. Kangen keluargaku. Kangen sepupu-sepupuku. Kangen Kakek dan Nenek. Dan tentunya, kangen Ibuku, yang sudah melahirkan aku ke dunia <3

 

I wish I could go back there and stay there. I wish I could explore more cities in South Sulawesi. Someday. 

 

 

Original Story

Dream in a Dream

April 18, 2022


**

Siang itu angin berembus sangat kencang. Langit terlihat kelabu. Awan bergulung-gulung di atas sana. Aku menatap pohon -pohon yang bergemerisik karena embusan angin. Entah kenapa, angin ini berbau seperti laut. Padahal aku tahu tempat tinggalku sekarang sangat jauh dari laut. Maybe I was just hallucinating.


Tapi, saat aku menarik napas lagi, angin itu memang terasa asin. Mungkin angin ini memang berasal jauh dari pantai antah berantah. Atau memang ada laut yang tidak terlihat di sekitar sini? No way, this is not a fairy tale. This is real life.    


Aku mendongak melihat langit yang terlihat semakin gelap meskipun itu di siang hari bolong. Lalu aku merasakan udara yang semakin dingin. Perlahan hujan pun turun. Aku menengadahkan tanganku untuk menangkap air hujan yang turun. Lalu tanpa kusadari tetesan air hujan itu sudah jatuh ke wajahku. Why the heck this rain taste so salty?


Aku mengernyitkan dahiku lalu masuk ke dalam rumah. Aku tidak sedang bermimpi kan?

 

 

My Stories

A New Place

Maret 27, 2022



Moving to a New Place


Haloo! Hari ini aku mau cerita sedikit tentang pengalaman penempatan pertamaku dan first impressionku tentang tempat baru yang belum pernah kukunjungi sebelumnya dan engga pernah ada di bayanganku. 


Penempatan pertamaku berada di Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. For your information, ibukota provinsi Kalsel bukan Banjarmasin lagi tapi Banjarbaru dan ibukota provinsi ini baru diresmiin tanggal 15 Februari 2022 yang lalu. Baru banget ya? Aku juga baru tau. 


Waktu pengumuman penempatan tanggal 18 Maret yang lalu, aku pasrah aja ditempatin di sini. Awalnya, aku kira bakal diberi waktu sebulan sebelum harus berada di kantor perwakilan. Tapi ternyata, waktu kepindahannya dipercepat karena aku termasuk latsar batch 1 yang harus segera bikin rencana aktualisasi di kantor. 


Jujur aja. Pas dengar arahan kalau kami—anak latsar—harus berada di perwakilan secepat mungkin, di situ aku shock karena aku udah planning buat ke Parepare dulu sebelum penempatan. Aku udah seneng banget bisa ketemu Ibu dan keluarga besarku di sana karena kukira bikin rencana aktualisasi bisa dilakukan online aja (soalnya katanya latsar full online). Mammi (nenekku) bahkan udah seneng banget cucunya bakal datang setelah 5 tahun. Adek sepupuku—Annun—sampe bilang mau jemput di bandara kalau aku datang. Tapi kenyataannya semua itu harus tertunda karena aku harus segera ke Kalsel. 


Ya udah gapapa. Namanya juga hidup. Kadang berjalan engga sesuai rencana.


Arahan itu diumumin tanggal 24 Maret. Di tanggal itu juga, aku beli tiket pesawat jurusan CGK – BDJ sekaligus booking kos-kosan di Banjarbaru. 


Dua hari kemudian, aku dan tiga korban teman latsar yang juga penempatan di Kalsel, berangkat ke Banjarbaru. Aku sampai duluan di bandara. Aku nungguin tiga temanku di waiting room tapi mereka engga muncul-muncul. Bahkan sampai panggilan pesawat muncul, mereka belum datang juga. Pas aku udah masuk ke dalam pesawat, mereka juga masih belum kelihatan. Ternyata mereka terjebak di antrian check-in yang lama banget. Jadwal pesawatnya jam 10 dan mereka masuk pesawat jam 10 lebih beberapa menit. Untung aja pesawatnya masih nungguin wkwkwk. 



Nungguin temen di waiting room Bandara Soetta


Yah sebenernya agak delay juga sih waktu udah masuk ke dalam pesawat karena lalu lintas udara lagi padat jadi harus antri dulu buat terbang. Pesawat pun take off jam 10.45—terlambat 45 menit dari waktu seharusnya. Selama di atas pesawat, langit cerah dan cuacanya bagus. Tapi sejujurnya, perasaanku engga secerah langit di hari itu. Kalo boleh jujur, sebenernya aku masih di tahap acceptance dapat penempatan di sini karena aku sebenernya pengen penempatan di Sulawesi Selatan atau Sulawesi Tenggara biar bisa dekat Ibu dan keluarga besarku di sana. Coba aja penempatan daerah boleh milih, aku pasti bakal milih Sulsel di pilihan pertama. Tapi mau gimana lagi?


Sekitar jam 1.35, pesawat mendarat di Bandara Syamsudin Noor (bandara internasional Kalsel). Welcome back to zona WITA~ Kenapa aku bilang welcome back? Karena sebelumnya aku udah pernah tinggal di wilayah Indonesia tengah ini walaupun cuma sebentar-sebentar. 


Akhirnya kalo telponan sama Ibu engga perlu nambah satu jam.


Dan… Bertambah satu pulau lagi yang pernah kukunjungi setelah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Timor.


Begitu turun dari pesawat, kami berempat langsung ambil koper-koper kami di Pengambilan Bagasi. Lama juga kami ambil barang sampe bolak-balik ditelpon sama kakak-kakak yang udah nungguin kami dari jam 1 kurang.


 


Suasana Bandara Syamsudin Noor


Waktu kuperhatikan bandaranya, bandaranya kelihatan baru banget. Oh iya, walaupun bandara ini lokasinya ada di Banjarbaru, kode bandaranya masih BDJ (Banjarmasin). 


Begitu keluar dari bandara, udara panas langsung menyambut kami. Kami pun makan siang bareng-bareng. Habis itu aku dan tiga temanku diajak buat ngelewatin kantornya. Terus, kami langsung diantar ke kos.


First impressionku tentang kota ini adalah panas. Panasnya beda dari di Jawa. Aku mikir cuaca panasnya mirip kayak di Parepare. Suasananya juga entah kenapa bikin ngingetin aku sama  Parepare (ini sih akunya aja yang lagi kangen Parepare). Tapi engga tau kenapa tempat ini juga ngingetin aku sama NTT (pikiranku emang random wkwkwk). 


Aku belum jalan ke pusat kotanya jadi belum bisa cerita banyak. Oh iya tau enggak hal pertama yang kucari pas sampe sini apa? Aku langsung cek penerbangan dari Kalsel yang langsung ke Sulsel. Selama ini aku udah pernah cari tapi engga pernah nemu penerbangan yang langsung. Aku selalu nemu penerbangan yang ada transitnya.


Gapapa deh, kalo mau ke sana pasti entar ada jalannya :') 


“Di mana ada kemauan, pasti ada jalan.”— kata orang bijak.


Sebenernya aku ya juga pengen sewaktu-waktu bisa pulang ke Jawa. Tapi prioritasku sekarang pengen ketemu Ibu dulu di Parepare :’) karena kemarin aku udah 2 tahun di rumah Karangpucung terus. 


Jadi, bisa dibilang sekarang:


Ayahku di pulau Jawa, Ibuku di pulau Sulawesi, dan aku di pulau Kalimantan.


…....


Begini ya bun kalau tinggal di negara kepulauan yang luas.


Kadang aku suka mikir. Selama ini, Ayah selalu doain biar aku di Jawa aja. Tapi Ibuku selalu doain aku di Sulawesi. Mungkin doanya tabrakan di atas langit sana. Makanya aku ditakdirkan dapat penempatan di sini. Wallahualam. Aku percaya Allah selalu punya rencana yang paling baik buat hamba-Nya dan pasti ada hikmah di setiap kejadian dalam hidup.


Sekian cerita pengalamanku yang baru aja terjadi kemarin. Aku sepenuhnya sadar kalo ini udah jadi risiko pekerjaan. Dari awal masuk kuliah udah tandatangan “siap ditempatkan di mana aja” dan pengalaman ini juga dirasakan oleh ratusan orang yang lain.  


Okay, thank you for coming to my TED Talk!